Kekayaan acapkali dipuja sebagai puncak pencapaian seorang individu, tapi ironisnya, justru di titik itu banyak orang kehilangan empati. Seseorang yang sudah terbiasa hidup nyaman tak jarang kerap gagal melihat kenyataan pahit yang masih dihadapi sebagian besar orang. Empati di sini bukan sekadar rasa kasihan, melainkan kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain dan sungguh-sungguh mengerti apa yang mereka alami.
Masalahnya, ketika jarak sosial makin lebar, orang kaya mudah terjebak dalam gelembungnya sendiri. Mereka terbiasa hidup dengan standar berbeda, sementara realitas keras di luar lingkaran mereka makin sulit dipahami. Fenomena ini jelas bukan mitos belaka, banyak riset maupun pengalaman sehari-hari yang menunjukkan bagaimana harta bisa membuat seseorang makin tumpul perasaannya. Berikut beberapa sudut pandang yang bisa membantu menjelaskan kenapa empati ikut tergerus seiring bertambahnya kekayaan.