Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
unsplash.com/publicpowerorg

Listrik selalu dibutuhkan setiap harinya oleh masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, listrik menjadi peran penting untuk berjalannya kegiatan masyarakat. Namun, harga listrik sekarang ini tidaklah murah, harga listrik cenderung meningkat, bahkan dari pihak PLN memberikan subsidi untuk kebutuhan listrik bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan listrik yang besar juga memerlukan pembangkit listrik yang besar pula, setidaknya ada 6 jenis pembangkit listrik yang ada di Indonesia, yaitu melalui air, bayu (angin), uap, gas, panas bumi, dan surya.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit listrik terbarukan yang dimiliki Indonesia. PLTS memiliki banyak keuntungan dan manfaat bagi penggunanya. PLTS memiliki masa penggunaan yang cukup lama, rata-rata pemakaiannya bisa mencapai 25-30 tahun. Tentunya hal ini menjadi bahan pertimbangan pemerintah dan juga masyarakat untuk beralih ke tenaga surya sebagai sumber pembangkit listrik. Selain itu, PLTS juga mudah dalam pemasangannya baik untuk tempat industri, perusahaan, maupun perumahan. Pemerintah juga telah memudahkan masyarakat untuk memasang pembangkit listrik tenaga surya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2021 tentang PLTS atap. PLTS atap adalah pembangkit listrik tenaga surya yang panelnya dipasang di atas atap. PLTS atap ini yang lebih sering direkomendasikan untuk digunakan di tempat tinggal masyarakat Indonesia. Pemasangan PLTS atap ini membutuhkan perizinan proyek, terutama untuk skala besar agar tak dianggap ilegal. Ada beberapa jenis panel surya yang bisa dipilih berdasarkan kebutuhan, misalnya jenis panel 1 kWp, 2 kWp, 4 kWp dan juga 6 kWp.

Dari setiap negara Presidensi G-20, Indonesia menjadi negara di urutan terakhir yang memiliki kapasitas pembangkit listrik tenaga surya terendah. Indonesia memiliki sekitar 171,8 Megawatt atau sekitar 0,2 Gigawatt dibawah negara Saudi Arabia degan 0,4 Gigawatt. Transisi ke energi terbarukan seperti tenaga surya bukanlah hal yang tidak mungkin untuk saat ini karena menurut International Renewabale Energy Agency (IRENA) harga untuk pembangkit listrik tenaga surya cenderung turun sehingga dapat dibeli dengan harga yang murah.

Hal ini perlu menjadi pertimbangan pemerintah untuk memilih pembangkit listrik yang memiliki harga terjangkau, terdapat banyak sumber daya yang dibutuhkan, dan tentunya ramah bagi lingkungan karena hal ini menjadi penting dalam pemenuhan target emisi pada tahun 2050. Demi mendukung pelaksanaan KTT G-20 pada bulan November 2022 yang bertemakan Recover Together, Recover Stronger, sejumlah 36 unit PLTS akan dibangun oleh PT PLN dimana PLTS yang tengah disiapkan ini diperkirakan akan berkapasitas 869 kWp (kilowatt peak). PLTS ini diharapkan juga akan meningkatkan penggunaan energi bersih dan mengurangi efek gas rumah kaca sekaligus mendukung transisi energi sebagai isu utama dalam KTT G-20 di Bali mendatang.

Editorial Team

Tonton lebih seru di