Sehari menjelang syuting perdana Film Balada Si Roy, kru film makin disibukkan dengan segala kebutuhan set lokasi. Puluhan tim artistik yang dipimpin Production Designer, Windu Arifin, bahkan sudah bekerja beberapa hari sebelumnya. Untuk memudahkan dan mempercepat pekerjaan, mereka rela menginap di salah satu kelas di SMK Setiabudhi Rangkasbitung yang kelak diubah menjadi SMA 1 Serang. Luas lokasi sekitar 4000 meter persegi disulap dan disesuaikan dengan suasana era 80-an, takterkecuali lantai, dan cat tembok.
Pemilihan sekolah ini sangat membahagiakan bagi orang-orang yang bekerja di tempat itu. Setidaknya hal itu terpancar dari wajah Ketua Yayasan, Suhardja, yang berusia 75 tahun. Pagi hari, matanya yang sudah mulai sayu, menyapu setiap tempat. Ia menyeret langkahnya dan mengecek mulai dari kebersihan kamar mandi hingga ruang-ruang kelas berdebu yang sudah lama tidak dipakai kegiatan belajar ketika era pandemi melanda. Namun ia sempat kaget ketika warna lantai berubah merah dan warna cat tembok menjadi putih abu-abu.
Ketika Suhardja mengetahui bahwa sekolah suasta yang dibesarkannya itu dipilih menjadi lokasi pembuatan Film Balada Si Roy, ia segera menginstruksikan kepada para pekerja di sekolah tersebut untuk mengecatnya. “Malu jika mau dipakai syuting, temboknya terlihat kotor,” ungkapnya. Ia taknmau mengecewakan. Namun hari itu, seperti sia-sia segala pekerjaannya. Baru saja seminggu ia mengecat, sudah berubah semua. Kebutuhan artistik tidak sejalan dengan pilihan warna cat yang dipilihnya. Walaupun demikian, niat baik untuk membahagiakan tamu-tamu yang datang dari Jakarta tetap dicatat dan dikenang.