[OPINI] Antara Demian, Persekusi, Hingga Kebencian Tak Berkesudahan

Belum lewat satu hari perayaan hari lahir Pancasila dirayakan begitu spesial, ternyata banyak yang masih gagal paham tentang arti menghargai, arti sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Beramai-ramai orang di dunia maya saling menunjukkan bahwa mereka memiliki Pancasila. Setelah itu? Tidak ada.
Mengapa begitu mudah bagi seseorang untuk memperlihatkan benci juga memulai caci maki? Apakah pekerjaan dunia nyata sungguh sudah habis untuk dilakukan? Apakah waktu begitu tidak berarti sehingga nyinyir terhadap hidup orang lain, bahkan ideologi menjadi masif untuk diperbincangkan?
Ketika seorang gadis belia bernama Afi “menelanjangi” pemikiran orang dewasa, maka tuduhan berdatangan padanya. Entah, ia benar melakukan plagiarisme atau tidak, tidakkah pemikiran Afi juga jawaban-jawaban cerdasnya mengenai toleransi bisa membuka mata juga hati kita terkait masa depan negeri?
Mata dari seorang Asa Firda Inayah membuktikan bahwa ada bagian bangsa ini yang tidak siap dikritik, tidak siap bangkit, dan terkurung kenangan masa lalu. Afi berusaha menjelaskan. Namun, semakin tajam ia berujar, semakin giat ada yang menggugat. Seandainya Afi tidak lantas tenar, para pencemooh seperti kehilangan gairah.