Saya masih ingat sebuah peristiwa yang terjadi sekitar tahun 2005 lalu. Saat itu, Persela menelan kekalahan di kandang sendiri, Surajaya Lamongan. Kemarahan pendukung pun tertuju pada satu sosok. Dialah seorang Choirul Huda.
Wajar jika mereka meluapkan emosi pada Huda. Sore itu dia memang tampil di bawah performa terbaiknya. Bahkan, Huda beberapa kali melakukan kesalahan.
Saking marahnya, seorang pendukung bahkan berdiri di atas sebuah sepeda motor yang terparkir di sebelah bus pemain Persela. Sambil menggerutu, dia mencaci habis Huda dengan berbagai makian. Kebetulan bus tersebut memang belum beranjak dari halaman stadion.
Lalu, apa yang dilakukan Huda? Dia hanya membalasnya dengan sebuah senyum. Tak ada amarah atau cacian balik dari sang kiper. Selebihnya, dia hanya mencoba mengalihkan pandangannya ke sudut lain.
Saat melihat kejadian itu, saya sempat menduga bahwa karir Huda tak akan lama. Dugaan saya waktu itu, mental Huda turun, performanya merosot, kemudian manajemen akan mencari ganti. Terlebih, namanya memang belum setenar sekarang.