Boleh percaya atau tidak, faktor ini bisa menentukan hasil akhir suatu pertandingan. Beberapa partai Indonesia bahkan kalah dengan selisih poin yang sangat tipis. Ganda campuran saat menghdapi India, Juga ganda Putra saat kalah dengan Denmark. Penilaian terhadap kesalahan service, bola keluar atau bola masuk sangat berpengaruh.
Terutama pada saat poin–poin kritis. Bukan mencari pembenaran tetapi beberapa keputusan wasit selama pertandingan masih bisa diperdebatkan. Sebab satu kesalahan berarti satu poin. Dan akan sangat berpengaruh terutama pada poin–poin kritis.
Bukan saja keuntungan buat lawan, tetapi secara psikologis mempengaruhi sang pemain tersebut. Kalau pemain sudah bertanding selama 3 set. Saat set terakhir kedudukan sudah 22-22. Maka pada saat itu bukan faktor teknik yang berbicara. Tetapi mental dan mengharap keberuntungan, bisa dari kesalahan lawan bisa juga dari kekurang jelian wasit.
Perlu dicatat, Indonesia selalu bertanding di lapangan yang tidak mempunyai teknologi mata elang. Sedikit merugikan memang. Karena pemain tidak bisa memprotes lebih jauh keputusan hakim garis saat keputusan mereka dianggap tidak benar. Apakah hal ini berlebihan? Penulis anggap tidak.
Karena seharusnya setiap lapangan di turnament sekaliber Piala Sudirman, harusnya memeliki teknologi yang sama sehingga akan terasa lebih fair.
Apakah ketiga hal di atas seolah mencari pembenaran atas kegagalan meraih prestasi tinggi? Bisa iya, bisa tidak. Tergantung dari sudut mana memandang. Tetapi penulis hanya ingin menyampaikan opini sebaik mungkin. Mungkin memang benar beberapa pemain sepertinya tidak memberikan perlawanan terbaik atau belum menunjukkan kualitas permainan yang diinginkan.
Ekspresi mereka kok datar saja kayak tidak ada semangat? Lah mau gimana? Bawaan sejak orok sudah begitu? Kalah kalem, menang juga kalem. Atau ada juga pemain yang dianggap terlalu over pede, sehingga kalah pada pertandingan yang seharusnya mereka menangkan.
Sekali lagi ini adalah pertandingan beregu. Masing–masing yang bermain tentunya selain membawa misi pribadi juga membawa misi negara. Beban mereka sudah berat. Janganlah kita terus menyalahkan mereka. Penulis yakin dan percaya, mereka juga tidak mau kalah.
Mereka sudah memberikan yang terbaik yang mereka bisa. Tetapi nyatanya sudah begini yang kita terima. Kita lihat kelemahan kita. Kita juga terus pupuk keunggulan. Bibit–bibit muda mulai bermunculan, yang kurang kita pacu untuk terus berkembang, yang sudah baik kita terus support.
Berilah kesempatan pada pengurus baru ini untuk meningkatkan lagi prestasi bulu tangkis kita. Di mana peta kekuatan bulu tangkis dunia saat ini sudah semakin merata. Saat ini para pemain muda kita sedang berjuang di Thailand Master. Semoga mereka segera melupakan kegagalan di Piala Sudirman dan meraih hasil terbaik di sana.