Ilustrasi artificial intelligence (dok. pexels.com/Tara Winstead)
Hal ini dibahas di salah satu sesi di Indonesia Summit tahun ini, yaitu ‘AI Revolution: Shaping Indonesia’s Future in Business, Creativity, and Society’.
Dalam diskusi tersebut, telah dilakukan pembahasan revolusi kecerdasan buatan (AI) dan bagaimana teknologi ini membentuk masa depan Indonesia dalam ranah bisnis, kreativitas, dan masyarakat. Ariel Wijaya, Head of Product di IDN, memandu sesi dengan dua narasumber utama yaitu Arbie Seo, karakter virtual metahuman yang merepresentasikan budaya Sunda dan generasi muda dan Pak Stepen Ng, CEO WIR Group, yang merupakan pelopor teknologi imersif, seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) di Indonesia.
Mereka menyebutkan peran AI dalam kehidupan sehari-hari, pengembangan teknologi yang inklusif dan beretika, serta tantangan dan peluang di industri kreatif dan pendidikan. WIR Group mengembangkan sekolah keliling berbasis VR untuk meningkatkan akses pendidikan dan Arbie Seo berfokus pada konten musik dan lifestyle yang menggabungkan teknologi AI tanpa kehilangan sentuhan personal manusia.
Regulasi AI di Indonesia dianggap cukup responsif, tetapi persiapan generasi muda dalam menghadapi era AI menjadi perhatian utama. Kedua narasumber menekankan pentingnya memanfaatkan AI secara kreatif dan bijak untuk mendorong inovasi tanpa mengesampingkan nilai kemanusiaan. Contohnya dengan tetap memfokuskan peran manusia dalam proses kreatif seperti penciptaan musik dan pengisian suara. Di akhir diskusi, Stepen Ng menegaskan, “Jangan takut menghadapi teknologi dan manfaatkan sebaik-baiknya yang artinya teruslah belajar karena AI pun masih belajar agar kita tidak sampai kesalip oleh AI!”
Pernyataan tersebut berjalan dengan semangat yang dibangun dalam acara, yaitu mengajak generasi zilenial untuk berani mengeksplorasi potensi diri sekaligus terbuka terhadap wawasan baru. Tidak hanya sebatas memahami peran AI, tetapi juga diajak untuk menggali insight praktis dari pengalaman narasumber yang telah lebih dulu meniti karier di bidang kreatif ataupun kepemimpinan.
“Kalo untuk insight banyak banget apalagi waktu sesi Kak Raditya Dika yang bahas cara membuat konten itu berdasarkan apa dan kebetulan aku lagi interesting di dunia content gitu. Selain itu, aku juga dapat insight soal kepemimpinan dari dia yang sudah punya team sendiri,” jelas Zashkia pengurus Youth Ranger Jakarta.
Selain mendapatkan sudut pandang pengurus Youth Ranger Jakarta, mahasiswa juga turut menyampaikan pendapatnya. “Acara ini penting bagi Gen Z karena menjadi kesempatan untuk mendapatkan ilmu dari narasumber ternama tentang pentingnya adaptasi dan inovasi di era modern yang penuh tantangan, seperti kehadiran AI. Jika Gen Z mengikutinya, mereka akan sadar bahwa mereka harus berubah dan beradaptasi dengan teknologi baru. Saat ini, Gen Z perlu tahu cara berinovasi dengan memanfaatkan teknologi seperti AI dengan benar,” ujar Daren peserta Indonesia Summit 2025 asal Universitas Multimedia Nusantara.
Melalui Indonesia Summit 2025, menjelaskan bahwa pertemuan lintas generasi ini tidak hanya sekadar forum diskusi. Namun, wadah yang penting bagi generasi muda untuk belajar beradaptasi menghadapi tantangan era modern. Dari isu kepemimpinan hingga perkembangan AI, para narasumber menegaskan bahwa keberanian untuk terus belajar dan berinovasi adalah kunci untuk Indonesia dapat berkembang di tengah perubahan zaman.