Di sudut kafe sepi, dengan hoodie dan topi, fokus ke layar laptopnya, tangan sibuk mengetik, buku yang terbuka di sampingnya, tak ada kawan bicara. Kontras, di seberang jalan, tertawaan dan candaan terdengar, musik yang keras, keramaian komunitas, orang-orang mengobrol dan berkenalan satu dengan yang lain.
Keadaan di atas menggambarkan adanya perbedaan preferensi tentang idealnya “zona nyaman”.
Konsep soal ekstraversi dan introversi dalam psikologi sudah ada hampir 100 tahun sejak pertama kali dicetuskan. Adalah Carl Gustav Jung, psikiater Swiss yang pertama kali menulis soal ini dalam bukunya, Psychologische Typen. Pendekatan Jung terhadap psikologi tidak hanya berangkat dari pengetahuannya terhadap psikologi itu sendiri, namun banyak dipengaruhi pada pemahaman psyche, melalui dunia mimpi, seni, mitologi, agama dan filsafat. Jung tidak hanya meneliti bidang psikologi, namun juga banyak mengeksplorasi bidang lain seperti filsafat, alkimia, sosiologi, sastra dan juga seni.
Dari sini, kita tahu bahwa konsep pengelompokan kepribadian ini tidak datang secara sederhana, tetapi secara luas dianalisis melalui banyak sudut pandang keilmuan. Menurut Jung, kepribadian adalah kombinasi dari perasaan dan tingkah laku secara sadar maupun tidak sadar.
Lahirlah konsep ekstraversi dan introversi.
Konsep ini adalah pengelompokan kepribadian manusia berdasarkan bagaimana manusia itu memperoleh gairahnya. Gairah yang dimaksud di sini adalah energi atau semangat dalam diri yang berkaitan dengan mental dan terkadang juga fisik.
Perbedaan antara pribadi ekstrover dan introver sangat berfokus pada bagaimana mereka merespon interaksi sosial. Pribadi ekstrover akan lebih mendapatkan gairah ketika melakukan interaksi sosial, sedangkan introver lebih menyukai menyendiri. Introver akan mendapatkan gairah ketika dia melakukan aktivitas sendiri, yang tidak melibatkan interaksi dengan banyak orang.
Menarik membahas soal sifat introver itu. Dibandingkan ekstrover, introver sering disalah artikan. Diartikan sebagai pemalu misalnya. Padahal tidak demikian. Ini soal “zona nyaman” saja. Dalam keadaan apa seseorang bisa mengeluarkan yang terbaik dari dirinya. Mari fokus pada sifat introver, karena menarik membahas mereka terlebih di era virtual seperti sekarang ini.