[OPINI] Mengajarkan Kesederhanaan pada Anak Melalui Televisi

“Pokoknya aku mau dibelikan mainan seperti punya Sinta.” Gadis berusia sepuluh tahun itu menggebrak meja makan di depan ibunya. Dia juga mengancam tak akan makan kalau permintaannya tak dipenuhi. Sang ibu dengan wajah melas berusaha memberi pengertian pada putrinya untuk menunggu sampai punya uang. Gadis itu menggebrak meja lagi dengan wajah bersungut-sungut.
Adegan tersebut pernah saya lihat saat menemani anak menonton film televisi. Jujur saya merasa geram. Dan lebih dari itu, saya juga merasa sangat kecewa dengan ide-ide cerita pada film yang ada di televisi kita, khususnya film atau sinetron yang ditujukan kepada anak-anak.
Kekecewaan saya ini tentu bukan tanpa alasan. Bayangkan saja, film anak di televisi seringkali jauh dari ajaran kesederhanaan. Kehidupan sederhana (baca;kurang mampu secara ekonomi) yang diceritakan dalam film Indonesia masih sering dihiasi dengan begitu banyak problem hidup, kepedihan, dan pembullyan.
Kalau kita melihat yang terjadi di kehidupan nyata, sebenarnya banyak orang dari keluarga sederhana yang tetap bahagia dan menjalani hidup dengan penuh optimis. Hal ini membuktikan bahwa ketidakmampuan secara ekonomi tidak selalu menimbulkan problem. Namun entah mengapa tayangan di televisi kita tidak banyak yang mengangkat tema bahagia dalam kesederhanaan.