22 Desember 2018, tsunami yang disebabkan olejh longsoran dinding anak gunung krakatau menghantam daerah pesisir Banten dan Lampung. Dilansir dari detik.com, sedikitnya 426 orang tewas dan 7.202 terluka dan 23 orang lainnya masih dinyatakan hilang hingga kini. Tak hanya korban jiwa, ribuan rumah dan fasilitas umum hancur karena terjangan tsunami.
11 Januari 2019, aku tergabung dengan tim mahasiswa tanggap bencana (mantab), sebuah wadah bagi mahasiswa IPB untuk ikut turun tangan membantu korban bencana. Tim ini merupakan inisiasi dari Pusat Studi Bencana IPB yang dipimpin oleh Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si. Kami bertolak menuju Posko IPB yang terletak di Kec. Labuan dengan membawa barang-barang bantuan yang sebelumnya telah kami kumpulkan.
Barang-barang yang kami bawa keesokan harinya kami berikan pada posko terdekat yang membutuhkan bantuan. Saat ini lah, aku dapat bertemu dengan korban-korban bencana tsunami selat banten. Korban pertama yang ku temui adalah Ibu Neneng, seorang ibu dengan 8 anak. Mereka sekelurga berhasil selamat karena tertolong oleh tetangga nya yang memiliki mobil. Ibu neneng menceritakan padaku betapa mengerikannya malam itu, bahkan hingga kini ia tidak berani untuk kembali ke rumahnya yang telah hancur. Meski begitu ia berkata pada ku bahwa meskipun rumahnya telah hancur, Suami dan ke 8 anaknya selamat. Selalu ada hal yang menurut bu neneng dapat disyukuri dari segala kehilangan yang dialaminya.
Korban kedua yang ku temui adalah seorang anak perempuan. Saat itu ia tengah berada di pantai rupanya ia sedang mengumpulkan cangkang-cangkang kerang bersama teman-temannya. “lucu kak” jawabnya polos ketika aku menanyakan mengepa mereka mengumpulkan kerang. Anak perempuan ini bernama sofi, rumahnya masih utuh namun ia kesulitan untuk tidur setiap malam. Suara gemuruh ombak yang bercampur dengan gelapnya malam selalu membayangi malam sofi. Meskipun begitu, ketika matahari telah muncul bermain di pantai merupakan kegiatan yang pasti sofi lakukan bersama teman-temannya.
Perjalanan ku di banten mungkin tidak berlangsung lama, namun dalam waktu yang sedikit ini aku belajar sangat banyak hal. Aku menyaksikan bagaimana manusia bangkit dari bencana yang menjatuhkannya.