Transisi energi berkelanjutan merupakan salah satu dari tiga pilar utama yang ditetapkan dalam Presidensi G20 Indonesia 2022. Demi mendukung transisi energi, Indonesia akan memperkenalkan skenario National Grand Energy Strategy (GSEN) pada forum G20, yang mencangkup rencana transisi energi dari energi fosil menjadi energi terbarukan.
Dalam GSEN, Indonesia memiliki target ambisius, yakni menuju Indonesia netral emisi karbon pada tahun 2060 atau lebih cepat. Demi mendorong hal ini, tentu diperlukan langkah yang masif, konsisten, dan konsekuen dari berbagai tingkatan masyarakat dan pemerintah. Dalam realisasinya, gerakan transisi energi ini tentu akan membutuhkan dukungan pembiayaan hijau (green financing) yang besar dan inovatif dengan jalur investasi yang tepat.
Pada tahun 2018, Indonesia menerbitkan instrumen investasi green sukuk atau sukuk hijau pertama di dunia. Hal ini merupakan penerbitan green sukuk pertama kalinya di dunia yang dilakukan oleh negara (the world’s first sovereign green sukuk).
Green sukuk merupakan bagian dari Surat Berharga Negara (SBN) berbasis syariah yang bertujuan untuk membiayai proyek hijau atau proyek ramah lingkungan negara. Hal tersebut merupakan skema green financing yang menjanjikan dan paralel dengan target utama dari GSEN yang diusung.
Dilansir laman website DJPPR Kemenkeu (24/05/2022), Indonesia sukses melakukan transaksi sukuk sebesar USD 3,25 Miliar, yang merupakan transaksi sukuk global terbesar yang pernah diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Hal ini menunjukkan, besarnya minat investor dalam pembelian sukuk.
Selain itu, green sukuk juga akan memperluas opsi kepada masyarakat dalam berkontribusi memajukan pemanfaatan energi bersih, selain dari pengurangan sampah plastik, hemat listrik dan air, penggunaan perangkat elektronik non-cfc, dan gerakan energi bersih lainnya.