Jakarta, IDN Times – Tantowi Yahya, A Man of Dreams. Kata-kata itu meluncur dari mulut Kepra, yang kondang sebagai pembawa acara dan kuis di TVRI tahun 80-an. Minggu malam, 10 September 2023, Kepra diminta Dewi, istri Tantowi Yahya untuk memperkenalkan sosok suaminya yang multilatenta.
Pandai menyanyi musik Country, pernah menjadi eksekutif berprestasi di beberapa Perusahaan termasuk di industri yang memproduksi kaset dan pernah di industri perhotelan, sangat popular sebagai TV persona, dimulai dari “Gita Remaja” di TVRI, dan memenangkan sejumlah penghargaan sebagai pembawa acara terfavorit termasuk untuk acara “Who Wants To Be A Miliionaire” di RCTI.
Siapa tidak kenal Tantowi Yahya sejak itu? Dia lantas menyeberang ke politik dan menjadi politisi berprestasi di Komisi I DPR RI, yang lantas membawanya ke dunia diplomatik, sebagai Dutabesar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru. Tak kurang dari Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pernah memberikan kesan-kesannya soal sosok TY, demikian saya memanggilnya, sebagai dubes yang berprestasi. “Sejak di Komisi I dia sangat rajin meminta data ke Kemlu, sehingga apa yang dibahas sesuai data. Dan pendekatan personal dan budaya yang dilakukan di New Zealand sangat bagus,” kata Retno suatu ketika.
Pensiun jadi dubes, Tantowi dan keluarga pindah tinggal di Bali. Dan tetap sibuk, apalagi tahun 2022 adalah tahun Keketuaan Indonesia di G20. Nyaris setiap minggu saya melihat dia menjadi tuan rumah, pembicara, atau memandu panel diskusi dengan narasumber tokoh kelas nasional dan dunia. Posisinya sebagai President of United in Diversity dan Chairman Kura-Kura Bali Project, membuat TY gak ada matinye. Belum lagi dia adalah pembicara terbaik untuk komunikasi publik, dan diplomasi publik. Laris diundang. Lihat saja aktivitas dan tokoh yang dia temui, lewat akun media sosial Instagram @tantowiyahyaofficial. Sibuk banget.
Tapi, TY menurut saya sosok yang menjalani kehidupan seimbang. Rajin olahraga bareng istrinya. Suka musik dan melukis. Soal musik country dia berprestasi, menjadi tokoh Musik Country di tanah air. Hal yang membuat komite seleksi Eisenhower Fellowships, sebuah beasiswa kepemimpinan yang berpusat di Philadelphia, AS, kaget Ketika Tantowi melamar sebagai kandidat untuk program tahun 2005, dan programnya ingin mengenal Musik Country di AS. Memang tepat sih, karena AS adalah kiblatnya musik.
“Tapi selama fellowhips ini berjalan sejak tahun 1960-an, belum pernah ada kandidat dari seniman seperti dia. Biasanya dari bisnis, ekonomi, pendidikan, politik, jurnalis, sosial…belum pernah ada yang spesifik mau belajar musik,” ujar John Wolf, mantan Presiden Eisenhower Fellowships, kepada saya, saat saya menjalani fellowships ini tahun 2011. Proposal Tantowi diterima dengan harap-harap cemas oleh EF, dan ternyata dia adalah salah satu alumni yang berprestasi. Saat menjalani fellowships selama tujuh minggu di AS, Tantowi berkesempatan tampil di panggung Nashville, kota-nya Musik Country. Mimpinya terwujud.
“Saat kecil Tantowi suka membuat kartu nama buatan sendiri, dengan profesi. Mungkin dia menulis juga akan jadi politisi, tapi nama parpol belum ada. Atau menjadi diplomat, dutabesar, tapi nama negaranya belum ada. Kemudian terwujud, nama negaranya yang menuliskan adalah Presiden RI,” ujar Kepra.
Beberapa hari sebelum konser bertajuk “A Special Event with Tantowi Yahya, Singing The Songs He Grew Up With”, dia menelepon saya. “Uni, datang ya. Ini konser terbatas, tiketnya dijual dan 100 persen disumbangkan untuk kegiatan rumah singgah anak penderita kanker, lewat Lions Club. Gue kan sering kumpul dengan Pak Benny Suherman (pemilik Grup XXI). Tadinya cuma untuk 80-100 orang aja. Konser amal. Tapi ternyata pas gue share di grup-grup, minatnya tinggi. Pak Benny bilang, dipindah aja ke Djakarta Theater. Jadi 450-an orang.”
Saya langsung bilang, "Iya”. Semangat. Sudah menduga, musik yang menemani TY sejak kecil, mirip-mirip dengan yang saya alami, karena punya orang tua yang suka memutar kaset lagu-lagu tahun 60-an, 70-an, 80-an.
Dan benar saja. Auditorium Djakarta Theater malam itu penuh sesak. Bertabur Bintang. Ada empat jenderal penuh, pensiunan tentunya, Jenderal TNI Hendropriyono, Agum Gumelar dan Wiranto. Sidharto Danusubroto (polisi, bintang dua) dan Marsekal TNI Djoko Suyanto. Agum, Wiranto dan Djoko Suyanto pernah menjadi menkopolhukam.
“Gue akan mengundang bintang tamu. Tapi rahasia. Ingin tahu mereka yang datang karena tertarik sama bintang tamunya atau sama gue,” ujar TY sambil tergelak, di telepon. Malam itu saya melihat bintang tamu duduk berbaur dengan hadirin. Meskipun tidak diumumkan, kita bisa menduga, oh pasti nyanyi juga nih. Benar.
Selain bertabur jenderal, konser itu juga dihadiri banyak kalangan bisnis. Bos Panasonic Gobel Group yang juga wakil ketua DPR RI, Rachmat Gobel, duduk di samping saya. Ada pengusaha Sofyan Wanandi, Fofo Sariatmadja Robert Jonathan, dan lainnya. Miranda Goeltom mantan deputi senior Bank Indonesia juga hadir, dan tentu saja ada Ani Sumadi, si Ratu Kuis, yang disebut Tantowi sebagai, “Orang yang sangat berjasa dalam hidup saya, memberikan kesempatan, mengubah jalan hidup saya. Tanpa beliau, tidak ada Tantowi Yahya yang seperti sekarang ini.”
Bagi saya, jurnalis generasi 90-an, itu malam reuni yang hangat. Musik kualitas tinggi, dibawakan dengan apik oleh TY yang diiringi Thomshell Band. Bintang tamu yang gak kaleng-kaleng, bahkan penuh sosok kejutan. “Kok ketemu aja ya dia sama mereka-mereka ini,” bisik Rachmat Gobel saat melihat diplomat senior, bupati, pengusaha daerah, ternyata ikut tampil ke panggung dan bersuara emas.
Tentu yang bikin 450-an hadiri seperti lengket dengan kursinya selama dua jam lebih, adalah narasi yang dibawakan langsung Most Populer Master of Ceremony in Indonesia, siapa lagi kalau bukan Tantowi Yahya sendiri. “Saya ini sebenarnya kan MC, bukan penyanyi. Saya lebih suka ngomong,” kata dia. Tapi, mengundang Tantowi ibarat “paket hemat”. MC yang jago nyanyi. Padahal besoknya hari Senin, di mana kita harus berangkat pagi ke kantor atau kegiatan.
“A Story Telling Concert”, itu sebutan yang pas. Tantowi menyiapkannya dengan serius. Tidak hanya memilih 25-an lagu. “Banyak lagu top, tapi gak bisa saya bawakan malam ini. Yang saya nyanyikan adalah lagu-lagu yang saya dengar dan saya nyanyikan saat kecil, remaja dan dewasa,” ujar TY yang melewatkan hidupnya di empat kota; Palembang, Yogya, Bandung dan Jakarta. Di layar digital selama konser, ditampilkan ratusan koleksi foto-foto sepanjang hidup TY, sejak kecil hingga saat ini. Riset serius, karena setiap lagu yang dibawakan, disertai foto penyanyi yang mempopulerkan atau pencipta lagu.
Sebagai satu-satunya jurnalis yang diundang menikmati acara itu, berikut saya bagikan momen-momen di konser musik yang menemani perjalanan hidup Tantowi Yahya.