Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
4moms.gr

Saya senang mengamati teman-teman di sekitar saya, khususnya bagaimana mereka bersikap kepada kekasih sewaktu berpacaran, juga bagaimana mereka bersikap kepada mantan kekasih setelah—akhirnya—putus. Melalui pengamatan itu, saya mendapati sikap teman-teman yang, tentu saja, beragam.

Namun, kalau digeneralisasi dan diambil bagian menariknya, saya bisa menyimpulkan begini: sewaktu berpacaran, kekasih tidak tergantikan, ibarat oksigen, tanpa kekasih mereka tidak akan bernapas, dan itu artinya mereka berkemungkinan besar untuk mati; ketika putus karena satu dan lain hal, mereka akan sedih sesedih-sedihnya; tidak lama dari itu mereka akan tersadar bahwa kesedihan mereka adalah sia-sia, tidak boleh diteruskan, dan bilang move on!; setelah itu kembali pulih dan menemukan ‘oksigen’ baru.

Buat saya, bagian paling menarik dari simpulan di atas adalah move on. Saya—dan mungkin kita semua—seringkali mendengar kata ini terlontar dari orang yang baru putus cinta. Barangkali, inilah kata yang terdefinisikan sebagai “Aku tidak boleh begini, menangisi dia yang telah pergi tidak ada gunanya. Mulai saat ini juga, aku harus melupakan dia, dan mencari yang baru, yang lebih baik dari dia.” Berdasarkan pendapat sebagian besar teman, move on adalah cara terampuh untuk bangkit dari keterpurukan akibat putus cinta.

Editorial Team

EditorSuwanti

Tonton lebih seru di