Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Merah Putih.png
Warga memasang deretan bendera Merah Putih di lokasi wisata kebun teh Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/ama/aa.)

(Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan)

Selamat memperingati proklamasi kemerdekaan, negaraku
Selamat mensyukuri usia 80 tahun
Apa kabarmu kini?
Apakah dirimu baik-baik saja?

Negara,
Masihkah dirimu merupakan wujud manifestasi keinginan luhur para leluhur?
Yang menyatakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan harus dihapuskan?
Yang berjuang mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan?
Yang karenanya dirimu dibentuk untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia?

Negara,
Masihkah dirimu berkedaulatan rakyat yang berdasar Pancasila?
Yang menyandang sebutan ‘Negara Kesatuan’ berbentuk Republik?
Yang kedaulatannya di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar?
Yang konstitusinya menyatakan sebagai negara hukum?

Negara,
Seperti apakah kondisi lembaga pemerintahanmu kini?
Bagaimana kiprah institusimu yang eksplisit disebut dalam konstitusi, seperti: MPR, Presiden, Kementerian Negara, DPR, DPD, DPRD, BPK, MA, KY, TNI, dan POLRI?
Bagaimana pula kinerja lembagamu yang lain yang juga disinggung dalam konstitusi, seperti: duta dan konsul, dewan pertimbangan, menteri negara, gubernur, bupati, walikota, komisi pemilihan umum, dan bank sentral?
Nyamankah dirimu dengan sepak terjang dan kinerja semua mereka itu?

Negara,
Bagaimana keadaanmu hari-hari ini?
Ceritakanlah padaku bagaimana keberadaan pemerintah daerah dan masyarakat hukum adat?
Seperti apa kini kondisi dan situasi wilayahmu, warga negara dan pendudukmu?
Bagaimana pula perihal implementasi Pemilu, Keuangan, dan Hak Asasi Manusia?

Negara,
Aku ingin lebih tahu, sudahkah terjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu?
Apakah hak warga dapatkan pendidikan dan kewajiban pemerintah membiayainya telah terpenuhi dan terlaksana?
Apakah jaminan kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai budayanya telah tertunaikan?

Negara,
Apakah dirimu menguasai cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak?
Apakah bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya berada dalam penguasaanmu dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat?
Sudahkah kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian dijadikan prinsip demokrasi ekonomi dalam penyelenggaraan perekonomian nasional?

Negara,
Sudikah dirimu berbagi kabar padaku, seperti apa fakir miskin dan anak terlantar yang kau pelihara?
Bagaimana nasib sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat, khususnya masyarakat lemah dan tak mampu?
Sudahkah fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak tersedia merata?

Negara,
Aku pun ingin dengar pandanganmu tentang keberadaan aparaturmu, baik yang sipil maupun yang serdadu.
Juga kabar pejabatmu di eksekutif, legislatif, yudikatif, dan institusi lain di luar tiga cabang kekuuasaan itu.
Apakah semua mereka masih berkiprah atas namamu, demi dirimu, dan untuk kesejahteraan wargamu?

Negara,
Apakah harta dan kuasa sebegitu perkasa mengubah segala?
Bagaimana kabar masyarakat sipil, ormas, organisasi keagamaan, pers, perguruan tinggi yang dulu gigih memperjuangkan keadilan sebagai kontrol penggunaan kuasa olehmu?
Apa kiprah kaum akademisi, budayawan, seniman, agamawan, profesional, praktisi hukum, jurnalis, dan aktivis dalam 5 tahun terakhir ini?
Benarkah banyak dari mereka yang kini terpengaruh elit penguasa, jadi tuna rasa dan gelap mata terpedaya harta dan kuasa?

Negara,
Maafkan aku bila terlalu banyak bertanya padamu
Sengaja aku tak menanyakan nasib kebanyakan wargamu
Sebab aku sudah cukup tahuBanyak dari mereka yang kini merasa berada dalam situasi dan kondisi serba tak menentu

Negara,
Kini apa yang kau rasa di usia delapan dasawarsa?
Masihkah ada rasa itu pada hubungan kita?
Rasa yang melandasi gelora cinta pendiri bangsa kala melahirkanmu sepenuh rela
Rasa yang dulu begitu membahagia berbuah kasih pengayomanmu kepada anak bangsa

Negara,
Kini aku merasa seakan dirimu telah menjauh dariku dan dari kebanyakan warga
Kasih sayang perlindunganmu tak lagi terasa entah mengapa
Ini memang perkara rasa
Salahkah itu, yang aku rasa, yang aku punya?

Negara,
Andai pun begitu
Apapun alasannya itu
Aku masih tetap dan terus mencintaimu
Berharap cintamu padaku dan segenap wargamu

Dirgahayu Negaraku
17 Agustus 2025

Wargamu,
Lukman Hakim Saifuddin

(Penulis adalah Ketua Forum Konstitusi)

Editorial Team