Tujuh puluh empat tahun yang lalu, Tanah Air kita secara resmi berdiri, Indonesia. Kita adalah negara yang kaya dengan lokasi strategis, banyak pulau, tanah dan laut yang luas, sumber daya alam dan manusia yang melimpah, serta keragaman seni dan budaya.
Dengan modal seperti ini, kita mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat kita sekaligus menjadi salah satu kekuatan dunia yang layak diperhitungkan. Tak heran jika pihak asing begitu mengincar Indonesia untuk menambah pundi-pundi kekayaan mereka.
Kondisi ini didukung juga dengan keberadaan anak-anak muda dalam jumlah banyak sebagai kelompok usia produktif. Indonesia pun memiliki peluang emas bernama bonus demografi yang diperkirakan berlangsung hingga 2036 dan sudah seharusnya dimanfaatkan untuk membangun negara demi kesejahteraan berkelanjutan.
Hal ini merupakan pondasi penting sehingga ketika proporsi generasi tua meningkat nantinya, Indonesia sudah berada dalam tahap mapan dan bisa menghidupi mereka.
Sayangnya, kenyataan hari ini menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi berbagai permasalahan pelik. Masyarakat kita masih banyak yang miskin dan wilayah kita masih banyak yang belum menikmati kecukupan infrastruktur di tengah merajalelanya korupsi oleh aparatur negara.
Dalam kehidupan sosial-politik, seringkali kita terjebak dalam perdebatan yang tidak perlu karena perbedaan pandangan dan akhirnya malah membahayakan persatuan yang telah terjalin erat. Lebih parahnya lagi, bangsa ini belum mandiri dalam memenuhi kebutuhannya dan pengelolaan sumber daya masih banyak dikendalikan oleh pihak asing.
Dalam kondisi seperti ini, generasi millennial sebagai penerus bangsa perlu berkontribusi untuk menyelamatkan negaranya. Dengan semangat yang membara, kekuatan fisik yang mumpuni, pemikiran yang luas, dan penguasaan lebih terhadap IPTEK, mereka adalah aset emas dalam menghasilkan karya terbaik untuk menegakkan kedaulatan dan membawa nama harum bangsa.