Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi sanitasi air (unsplash.com/nate_dumlao)

Ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, manusia sudah mempunyai banyak gagasan untuk pembuangan limbah kotorannya sendiri. Kesadaran manusia yang semakin berkembang membuat mereka sadar akan kebutuhan sistem sanitasi yang berpengaruh pada kebersihan dan kondisi kesehatan mereka.

Ditilik dari sejarahnya, sistem sanitasi pertama kali dipelopori oleh peradaban lembah Sungai Indus yang mencakup Pakistan, India, dan Afganistan. Sebagai salah satu peradaban tercanggih pada zamannya, masyarakat mereka telah mengenal sistem sanitasi melalui pipa-pipa rumit yang terbuat dari tanah liat. Hal itu membuat perencanaan kota mereka lebih baik daripada peradaban-peradaban lainnya.

Kemudian sistem sanitasi tersebut dikembangkan dengan lebih memerhatikan estetika oleh peradaban-peradaban lain seperti peradaban Romawi Kuno dan peradaban Aztec. Meskipun saat itu sanitasi yang baik hanya bisa dinikmati masyarakat kelas atas, hal ini membuktikan bahwa kebudayaan manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Topik tentang sistem kesehatan dunia yang mencakup sanitasi air ini merupakan salah satu agenda yang dibahas pada KTT G-20 yang akan diselenggarakan di Bali, pada 15--16 November mendatang. Melalui slogan yang diusung Presidensi G20 Indonesia yaitu"Recover Together, Recover Stronger", anak muda dituntut untuk berpikir kritis mengenai isu yang ada dan menjadi bagian dari 1000 Aspirasi Muda Indonesia.

Indonesia sebagai salah satu negara dengan sanitasi terburuk di dunia

Sebagai negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia, kondisi sanitasi di Indonesia masih tergolong tidak layak. Menurut catatan World Health Organization (WHO) pada tahun 2017, Indonesia menempati urutan ketiga dengan sanitasi terburuk setelah India dan Cina. Sanitasi yang layak ditandai dengan tersedianya air bersih yang cukup dan fasilitas pembuangan limbah kotoran manusia yang sistematis.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak di daerah perkotaan dan pedesaan meningkat menjadi 83,66 persen dan 74,27 persen.

Namun, angka itu masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita dan berakibat pada penyebaran berbagai penyakit di masyarakat. Menurut Soebagyo dalam Diare Akut Pada Anak pada tahun 2008, satu dari empat anak balita di Indonesia menderita diare. Hal ini dikarenakan kualitas air yang rendah karena terkontaminasi oleh bakteri.

Pada G20, pemerintah berniat melanjutkan program untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat sesuai dengan tujuan keenam Suistanable Development Goals (SDGs), yaitu menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan untuk semua.

Sanitasi air yang buruk berdampak ke segala aspek

Editorial Team

Tonton lebih seru di