pembunuh berantai Inggris John Reginald Halliday Christie (commons.wikimedia.org/Uncredited police photographer)
Dilansir laman The Radio Times, John Christie mulai tertarik dengan kematian saat dia berusia 8 tahun, waktu itu dia terpesona melihat kakeknya yang telah meninggal di dalam peti mati. Selama perjalanan hidupnya, Christie berulang kali terjerat dengan hukum.
Setelah dikeluarkan dari RAF, Christie diterima di kepolisian, meskipun telah menjalani hukuman di penjara karena kejahatan kecil. Itu terjadi pada tahun 1936. Pada tahun 1943, dia membunuh korban pertama yang dikonfirmasi. Tetapi, dia lolos dari hukuman atas tindakan pembunuhan yang dilakukannya.
Masih di departemen kepolisian, dia menggunakan kekuatannya agar tidak dicurigai, dan bahkan ketika dia mengundurkan diri, dia masih terus membunuh. Korbannya adalah Beryl Evans dan putrinya yang berusia 13 bulan, Geraldine, di sinilah keadaan menjadi sangat menyedihkan.
Suami Beryl, Timothy Evan, didakwa atas kematian istri dan anaknya sendiri, ia dinyatakan bersalah, dan mendapatkan hukuman gantung. Di persidangan, dia menuding bahwa Christie yang melakukan pembunuhan terhadap istri dan anaknya, tapi dia diabaikan.
Pada titik ini, Christie masih terus membunuh hingga tahun 1953, namun dia akhirnya ditangkap, dinyatakan bersalah karena membunuh sedikitnya 8 perempuan, dan dihukum gantung. Timothy Evans sendiri akhirnya diampuni secara anumerta pada tahun 1966.
Tidak diketahui secara pasti apa motif di balik pembunuh berantai ini, akan tetapi, sudah dapat dipastikan bahwa mereka memiliki sensasi tersendiri saat membunuh orang lain.