Terkenal sebagai desa para nelayan di ujung selatan pulau terbesar Jepang, Hiroshima terletak di wilayah yang teguh terhadap nilai religius. Dilansir dari Britannica, pada akhir abad ke-16, kota Hiroshima ditetapkan sebagai kota kastil yang dibentengi oleh salah satu dari banyak panglima perang Jepang, menjadi pusat kosmopolitan untuk intelektual serta perdagangan. Pada saat periode feodal Jepang berakhir sekitar 300 tahun kemudian, kota ini menjadi pusat kota yang penting.
Hiroshima adalah roda penggerak dalam kekuasaan industri dan militer kekaisaran Jepang. Sebagai pusat kekuatan manufaktur, Hiroshima menghasilkan banyak hal mulai dari kapas hingga baja. Lokasinya yang strategis didukung dengan jalur kereta api dan pelabuhan modern, mengubah kota menjadi pusat transportasi yang vital. Pada 1940-an, Hiroshima membuat kendaraan hingga kapal perang angkatan laut, yang menjadi bagian penting dari kemampuan berperang Jepang.
Selama perang, Hiroshima berhasil bertahan, karena banyak kota-kota industri di Jepang mengalami kehancuran akibat perang, begitulah yang diungkapkan profesor Universitas Indiana Scott O'Bryan. Ia memberi arahan kepada militer AS dan menjadikan Hiroshima sebagai wilayah uji coba untuk mengetahui seberapa parah efek senjata atom pada kota modern. Saat bom atom meledak 2.000 kaki di atas kota, bom itu seketika menewaskan 80.000 orang, Hiroshima pun menyusul kehancuran kota-kota lain di Jepang.
Namun, Hiroshima saat ini muncul sebagai kota yang ramai dengan lebih dari dua juta orang. Ditunjuk sebagai "Kota Damai" oleh pemerintah, Hiroshima sekarang menjadi tuan rumah konferensi perdamaian internasional reguler.