Dilansir situs Earth, Axial Seamount berada di bawah Samudra Pasifik sekitar 300 mil dari pantai Amerika Serikat. Sejak tahun 1997, para ilmuwan terus mengawasinya dengan seksama menggunakan instrumen yang mengukur tekanan di dasar laut.
Data menunjukkan bahwa gunung berapi ini telah membengkak, dengan tingkat perubahan yang mengisyaratkan akan terjadinya letusan.
Aktivitasnya menarik perhatian para ahli karena menunjukkan pola meletus setelah mencapai tingkat inflasi tertentu.
Para pengamat telah mencatat pembengkakan gunung berapi melambat dari tahun 2015 hingga 2023, kemudian meningkat lagi pada akhir tahun 2023. Pada pertengahan 2024, laju tersebut mencapai 10 inci per tahun, sementara gempa bumi harian melonjak menjadi ratusan.
Peneliti menggunakan sensor tekanan dan analisis berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mengukur pergeseran pola gempa bumi.
Axial Seamount sering mengalami erupsi, sehingga memberikan peluang untuk menyempurnakan prediksi erupsi.
Pembengkakannya telah mencapai tingkat yang sama dengan yang terlihat sebelum letusan terakhirnya, sehingga mendorong diskusi tentang peristiwa berikutnya yang mungkin terjadi pada akhir tahun 2025.
Karena letusan-letusan ini cukup mirip setiap kali terjadi, para ilmuwan mempelajari tanda-tanda mana yang menunjukkan pergerakan magma dan apa arti tanda-tanda itu bagi aktivitas di masa depan.
Ventilasi hidrotermal berperan dalam membentuk ekosistem laut setempat. Aliran lava dan semburan cairan panas memberi makan kehidupan khusus, seperti cacing tabung dan kerang, yang tumbuh subur di lingkungan yang gelap dan bertekanan tinggi.
Titik kecil kehidupan laut dalam ini adalah pengingat bagaimana aktivitas vulkanik dapat memacu komunitas biologis di tempat yang tak terduga.