Hewan laut seperti paus dan lumba-lumba memiliki sistem navigasinya sendiri sebagai penunjuk arah. Ketika penunjuk arah ini mengalami gangguan atau tidak berfungsi, ini menyebabkan kesalahan navigasi dan pada akhirnya membuat mereka sampai ke perairan dangkal dan terdampar di pantai.
Gangguan navigasi ini disebabkan oleh beberapa hal. Efek sonar adalah hal umum penyebab dari gangguan ini. Penggunaan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang dipancarkan di dalam laut untuk mencari kapal selam atau benda-benda lain yang tidak kelihatan oleh Angkatan Laut, mengakibatkan kerusakan pada otak dan sistem pendengaran paus dan lumba-lumba.
Meskipun tidak jarang kebisingan di dalam laut juga sering terjadi karena adanya gempa bawah laut yang mengakibatkan kerusakan fisik pada paus atau mengubah perilakunya hingga mengakibatkan dirinya terdampar.
Demikian adalah penjelasan mengapa paus dan lumba-lumba seringkali terdampar ke perairan dangkal maupun daratan. Dan hewan-hewan ini tidak dapat menolong diri mereka sendiri saat mengalaminya. Kondisi pantai yang dangkal dan melandai perlahan atau miring ini menyulitkan mereka untuk kembali ke perairan dalam bahkan kembali terdampar bila mereka berhasil mengambang lagi.
Untuk itulah bantuan dari manusia sangat dibutuhkan. Paus dan hewan-hewan laut lainnya yang terdampar dan masih hidup bukanlah sepatutnya menjadi tontonan. Karena kelanjutan dari kehidupan hewan-hewan malang ini tergantung dari kesadaran kita untuk menolong mereka.