ilustrasi pemandangan Ambon pada abad 17 (commons.wikimedia.org/Anonymous)
Tahun 1605, VOC berhasil merebut Maluku dari Portugis merupakan rumah bagi rempah-rempah Indonesia. Tahun 1619, VOC berhasil merebut Jayakarta (Batavia) dari Banten nantinya menjadi pusat jalur perdagangan menghubungkan barat dan timur. Melalui Perjanjian Bongaya tahun 1667, VOC menguasai jalur perekonomian di Makassar.
Kejayaan VOC di Indonesia berakhir akibat praktek korupsi membuat VOC bangkrut pada 1799 sejak didirikan pada 1602. Sebagai gantinya, pemerintah Belanda mengambil alih pada 1800. Intinya, Belanda melanjutkan program kerja VOC di Indonesia.
Dilansir nlb.gov.sg, Traktat London 1824 dicetuskan untuk mengatasi konflik wilayah antara Belanda dan Inggris. Hasilnya, Belanda menyerahkan semua pabrik dagangnya di India serta Melaka kepada Inggris. Sebaliknya, Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda. Batas akhir wilayah Hindia Belanda terjadi setelah Traktat London pada 1824.
Dalam perkembangannya, Belanda fokus untuk membangun Hindia Belanda, salah satunya membangun Sekolah Bumiputera untuk menghasilkan didikan lokal yang intelek agar mengabdi kepada Belanda kelak. Adanya program tanam paksa yang mengeksploitasi orang-orang dari seluruh Indonesia.
Pemerintah Belanda mengkategorikan ras di Hindia Belanda: golongan Eropa, Timur Asing (China, Arab, India dll) dan Pribumi (Inlanders). Total luas wilayah daratan Hindia Belanda mencakup 1,9 juta km2 persis seperti Indonesia saat ini.
Sebelumnya New York pernah dikuasai Belanda sebagai Nieuw Amsterdam. Belanda juga pernah menduduki koloni Brasil di daerah Pernambuco dan Bahia. Portugis juga punya koloni yakni Daman dan Diu, India pada abad 16.
Dalam buku sejarah Indonesia mencatat bahwa Indonesia dijajah oleh banyak negara: Portugis, Spanyol, Prancis, Inggris dan Jepang. Namun, sebenarnya bentuk Indonesia sekarang merupakan bekas kolonial Belanda, Hindia Belanda. Makanya setelah Indonesia merdeka, Belanda bersikeras untuk mengambil kembali koloni pernah ia bangun melalui Agresi Militer I dan II.