Secara sains, sebuah teori dapat dikatakan valid manakala teori tersebut telah melalui beberapa tahap pembuktian yang dilakukan secara bertahap, yakni bukti dan penelitian empiris; model atau kerangka berpikir; hingga kesimpulan dalam bentuk hipotesis.
Teori sains tidak serta-merta langsung ada dan diakui kebenarannya. Ia harus melalui serangkaian uji coba yang dilakukan ratusan hingga ribuan kali dan hasilnya harus selalu konstan.
Tengok saja teori-teori besar seperti relativitas, evolusi, Big Bang, hukum gravitasi, hingga hukum pewarisan Mendel. Semuanya telah melalui pembuktian empirisme lalu dijadikan model sebagai kerangka berpikir. Akhirnya, teori-teori dijadikan kesimpulan dalam bentuk hipotesis.
Hal ini sangat berbeda dengan teori pseudosains karena tidak ada satu pun teori dari pseudosains yang melalui tahap pembuktian dan penelitian empiris. Semua pembuktian hanya dilakukan berdasarkan dugaan yang bahkan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.
Teori Bumi datar, misalnya, selama ini hanya menyatakan bahwa Bumi itu datar, namun tidak disertai dengan penelitian secara empiris, bahkan metodologi penelitiannya pun juga tidak pernah ada. Hal-hal seperti inilah yang membuat pseudosains akan tetap menjadi ilmu semu untuk selamanya.