Pasukan spesial Amerika Serikat ketika melakukan serangan balasan kepada Al-Qaeda di Afghanistan setelah peristiwa 9 September 2001. (commons.wikimedia.org/U.S. Air Force)
Kekalahan suatu pihak terhadap pihak lain pada masa lalu juga bisa menjadi alasan yang mendorong manusia untuk berperang. Biasanya perang atas dasar balas dendam dimulai oleh pemimpin otoriter yang merasa tidak terima negaranya pernah ditindas dalam peperangan beberapa generasi sebelumnya.
Owlcation melansir, alasan perang atas dasar balas dendam ini biasanya dibumbui dengan propaganda nasionalisme guna membakar semangat rakyat supaya mau pergi berperang. Perang atas dasar balas dendam ini bisa dibilang sangat berbahaya karena bisa menjebak negara-negara dalam lingkaran setan, terlepas dari pihak manapun yang kalah.
Contoh dari perang atas dasar balas dendam terjadi pada Perang Dunia II, khususnya ketika Jerman berhasil menundukkan Prancis. Contoh lainnya dapat dilihat pada perang di Afghanistan yang dimulai Amerika Serikat sebagai bentuk balasan atas serangan 11 September 2001 di gedung World Trade Center (WTC).
Meskipun secara statistik di era modern ini peperangan antar manusia sudah sangat berkurang sejak Perang Dunia II, bukan berarti kita bebas dari ancaman peperangan. Justru dengan kehadiran senjata yang semakin presisi dan destruktif sudah seharusnya mengingatkan kita akan potensi kehancuran yang bisa manusia bawakan jika peperangan terjadi di era modern saat ini.
Atas dasar tersebut, maka sudah seharusnya kita ambil bagian untuk menjaga perdamaian yang telah dirajut saat ini sehingga kita bisa terus bergerak maju tanpa perlu khawatir ancaman perang.