patung Augustus (commons.wikimedia.org/Marie-Lan Nguyen)
Augustus juga dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam mengubah dan memperbaharui. Ia sebenarnya memiliki nama asli Gaius Octavius. Pada tahun 27 SM, ia secara cerdik memilih untuk mengadopsi nama Augustus, yang mencerminkan kedudukannya yang tinggi dan prestise yang ia raih. Dikarenakan ia diangkat sebagai anak oleh Julius Caesar, ia meraih kekuasaan setelah peristiwa pembunuhan Julius Caesar.
Salah satu aspek menarik dari kepribadian Augustus adalah ketertarikan mendalamnya terhadap pertanda dan simbol-simbol Ilahi. Augustus sering kali menafsirkan berbagai peristiwa sebagai sinyal dari para dewa. Karena itu, ia mengangkat para pendeta yang dikenal sebagai “augurs,” yang memiliki keahlian dalam membaca sinyal-sinyal tersebut.
Meskipun ia dikenal sebagai sosok yang kuat dan berkuasa, Augustus memiliki sifat yang cukup pemalu untuk berinteraksi dengan orang lain. Banyak catatan sejarah menggambarkan dirinya sebagai individu yang pendiam namun sangat cerdik dalam strategi politik.
Selain itu, ia juga meluncurkan program pembangunan yang ambisius di seluruh kota Roma, dan terkenal dengan pernyataannya bahwa ia menemukan kota tersebut dalam keadaan sederhana dan meninggalkannya dalam kemewahan marmer. Hal ini mencerminkan visi dan ambisinya untuk menjadikan Roma sebagai pusat peradaban yang megah.
Augustus, sebagai kaisar Romawi pertama, tidak hanya berhasil mengakhiri periode ketidakstabilan politik, tetapi juga membangun fondasi yang kuat bagi kekaisaran melalui reformasi pemerintahan, pengembangan budaya, dan penciptaan Pax Romana yang membawa perdamaian dan kemakmuran. Warisannya tetap terasa dalam sejarah dan budaya Barat hingga saat ini.