Suasana penobatan Raja Charles II (Wikimedia Commons)
Berdasarkan penelitian Alvarez, menyebutkan sebuah istilah koefisien perkawinan sedarah yang dilambangkan dengan huruf F untuk mengukur kemungkinan seseorang mewasrisi dua gen identik dari keturunan yang sama. Misalnya, seorang anak yang lahir dari sepupu memiliki nilai F 0,0625, tetapi menjadi jauh lebih tinggi jika orang tuanya berasal dari garis panjang pasangan sedarah. Semakin tinggi nilainya, semakin besar tingkat perkawinan sedarah dalam garis keturunan itu. Dalam kasus Habsburg Spanyol, raja pertama, Philip I, memiliki nilai F yang relatif rendah yakni 0,025. Namun setelah melewati lima generasi, keturunannya Charles II memiliki nilai F 0,254, lebih dari sepuluh kali lipat dari kakek buyutnya. Angka ini bahkan dua kali lebih tinggi dari nilai yang diharapkan untuk anak dari pernikahan paman-keponakan, yang mencerminkan betapa meluasnya perkawinan sedarah dalam silsilah keluarga ini.
Pun disebutkan rata-rata dinasti Habsburg Spanyol memiliki koefisien perkawinan sedarah 0,093, yang berarti sekitar 9% dari gen ibu dan ayah mereka identik. Dengan melihat catatan kematian dinasti Habsburg, Alvarez menemukan bahwa seorang bayi yang lahir dari dinasti tersebut mempunya harapan kecil untuk bertahan hidup selama 10 tahun jika mereka dilahirkan dari raja dengan nilai-F tinggi. Semakin meningkatnya tingkat perkawinan sedarah dalam keluarga, semakin sedikit anak yang berhasil mencapai usia dewasa. Dikonfirmasi Alvarez, perkawinan sedarah menyebabkan kepunahan dinasti ini.
Itu lah fakta dari dinasti Habsburg di Spanyol yang runtuh akibat tidak mempunyai penerus setelah beratus-ratus tahun mempraktikan perkawinan sedarah. Kadang manusia memang akan melakukan segala cara untuk mempertahankan apa yang mereka sebut dengan 'garis keturunan murni' meskipun banyak sekali risiko dan bahaya mengintai.