Sejak tahun 1861, Semmelweis mengidap depresi dan gangguan kejiwaan yang membuatnya sering melamun. Dalam buku yang ditulis oleh K. Codell Carter dan Barbara R. Carter berjudul Childbed Fever: A scientific biography of Ignaz Semmelweis karena mendapatkan kritik negatif dari luar negeri, Semmelweis menghujat serta menuduh mereka yang mengkritiknya sebagai "pembunuh yang tidak bertanggung jawab". Bahkan, dalam buku Etiology, Concept and Prophylaxis of Childbed Fever yang diterjemahkan oleh K. Codell Carter, Semmelweis juga menghujat orang-orang tadi sebagai "orang bodoh".
Di tahun 1865, ketika perilakunya makin mengesalkan dan mempermalukan rekan-rekannya, Semmelweis dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa dan meninggal dunia akibat pyaemia setelah dipukuli hingga meregang nyawa oleh penjaganya, 14 hari setelah ia dikirim ke rumah sakit tersebut. Ia meninggal di usianya yang masih terbilang muda, yaitu 47 tahun.
Setelah kematiannya, usulan Semmelweis beberapa tahun lalu mengenai cara cuci tangan yang benar baru bisa diterima oleh masyarakat luas. Hal ini berkat Louis Pasteur yang berhasil membuktikan kebenaran teori kuman dan Joseph Lister yang melakukan operasi dengan metode higienis.
Saat ini, ketika virus COVID-19 menjadi pandemi global, banyak orang dan praktisi kesehatan yang mulai menggalakan aksi cuci tangan yang benar agar tidak mudah terjangkit virus mematikan tersebut. Tentu, aksi cuci tangan tadi menjadi salah satu bentuk pencegahan virus COVID-19 paling tren di dunia saat ini.
Ignaz Semmelweis mendapat julukan sebagai "savior of mothers" berkat penemuannya tersebut. Tak hanya itu, kemenangan bakteriologi yang dimulai setelah kematiannya juga membuat ia mendapat julukan sebagai "genial ancestor of bacteriology". Terima kasih Ignaz Semmelweis.