Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Civita di bagnoregio, veduta
civita di bagnoregio, veduta (commons.wikimedia.org/Sailko)

Intinya sih...

  • Kota Civita di Bagnoregio terancam punah karena dibangun di atas bukit batu tufa yang mudah terkikis oleh alam.

  • Akses ke kota hanya lewat jembatan pejalan kaki, menjadikannya terasa seperti dunia lain dengan populasi hanya sekitar 10 orang.

  • Kota ini memiliki sejarah kuno sejak zaman etruska dan sedang dilakukan upaya menyelamatkan kota yang hampir hilang melalui program konservasi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah perbukitan wilayah Lazio, Italia, berdiri sebuah kota kecil yang seolah melayang di atas langit—Civita di Bagnoregio. Kota ini dijuluki “la città che muore” atau “the dying city” karena perlahan terkikis oleh waktu dan alam. Meski hanya dihuni beberapa orang, pesonanya tetap memikat ribuan wisatawan dan peneliti setiap tahun.

Namun, di balik keindahan fotogeniknya, Civita menyimpan kisah geologi, sejarah, dan ketahanan manusia yang luar biasa. Kota ini menjadi laboratorium alami tentang bagaimana peradaban beradaptasi dengan bencana alam yang tak henti terjadi. Yuk kita telusuri 5 fakta menarik kota ini!

1. Kota yang berdiri di atas bukit rapuh

civita di bagnoregio from bagnoregio (commons.wikimedia.org/Robin Rönnlund)

Civita di Bagnoregio berdiri di atas bukit batu tufa—batuan vulkanik lembut yang mudah terkikis angin dan hujan. Seiring waktu, erosi membuat sebagian besar tanah di sekelilingnya runtuh, menyisakan kota kecil di puncak yang tampak terisolasi di udara. Proses geologis ini telah berlangsung selama ribuan tahun dan terus mengancam stabilitas fondasi kota.

Ahli geologi Italia menjadikan Civita sebagai contoh unik dari erosional plateau town yang masih berpenghuni. Bukit tempat kota ini terbentuk dari lapisan batu tufa yang rapuh di atas tanah liat, membuatnya sangat rentan terhadap longsor dan abrasi. Karena karakter geologinya yang langka, UNESCO menganggap Civita di Bagnoregio sebagai lanskap budaya yang perlu dilestarikan.

2. Akses ke kota hanya lewat jembatan pejalan kaki

civita di bagnoregio, veduta (commons.wikimedia.org/Sailko)

Karena dikelilingi jurang curam dan tanah rapuh, Civita hanya bisa diakses melalui satu jembatan sempit sepanjang hampir 300 meter. Dilansir Atlas Obscura, jembatan ini dibangun pada abad ke-20 untuk menggantikan jalur lama yang runtuh akibat gempa. Saat ini, kendaraan bermotor dilarang masuk demi menjaga stabilitas struktur tanah.

Akses terbatas inilah yang membuat Civita tampak seperti dunia lain—sepi, sunyi, dan terpencil dari hiruk-pikuk modernitas. Pengunjung harus berjalan kaki menuju kota, sehingga pengalaman menuju ke sana terasa seperti perjalanan menembus waktu. Banyak wisatawan menyebutnya sebagai jalan menuju masa lalu.

3. Populasinya hanya sekitar 10 orang saja

civita di bagnoregio (commons.wikimedia.org/Davide Papalini)

Meski menjadi destinasi wisata populer, Civita di Bagnoregio kini hanya dihuni sekitar 10 penduduk tetap. Sebagian besar rumah telah dijadikan penginapan, galeri, atau toko kecil bagi wisatawan. Penduduk aslinya perlahan pindah ke Bagnoregio, kota tetangga di bawah bukit, karena kondisi geografis yang tidak stabil.

The Guardian menyebutkan bahwa meski kecil, komunitas ini tetap menjaga tradisi lama seperti pesta desa dan festival religius setiap tahun. Mereka menjadi penjaga terakhir warisan budaya lokal yang telah berlangsung lebih dari seribu tahun. Kehadiran para wisatawan membantu menjaga ekonomi kota agar tetap hidup, meski populasinya terus menurun.

4. Kota kuno bersejarah sejak zaman etruska

civita di bagnoregio (commons.wikimedia.org/Mentnafunangann)

Civita memiliki akar sejarah yang jauh lebih tua dari kebanyakan kota Italia. Kota ini didirikan oleh bangsa Etruska lebih dari 2.500 tahun lalu, jauh sebelum berdirinya Kekaisaran Romawi. Bukti arkeologis menunjukkan adanya sistem drainase batu dan reruntuhan gerbang kuno peninggalan peradaban tersebut.

Kehadiran bangsa Etruska menjadikan Civita sebagai situs penting untuk memahami asal-usul kota-kota di Italia Tengah. Struktur batu dan tata letak jalan masih mempertahanakan pola urban kuno. Karena keasliannya, Civita kini masuk dalam daftar nominasi warisan dunia UNESCO sejak 2006.

5. Upaya menyelamatkan kota yang hampir hilang

civita di bagnoregio (commons.wikimedia.org/Mentnafunangann)

Pemerintah Italia dan lembaga pelestarian lokal berupaya menjaga Civita di Bagnoregio sebagai kota bersejarah yang hampir hilang. Atlas Obscura menginformasikan bahwa program konservasi dilakukan dengan memperkuat tebing yang rapuh, memulihkan bangunan tua, dan mengatur jumlah wisatawan agar tidak merusak struktur alami kota. Dana dari tiket masuk dan pariwisata dialokasikan langsung untuk pemeliharaan situs.

Civita kini dikenal sebagai “The Dying City”, namun berkat kolaborasi antara warga dan pengelola, kota ini justru bertahan menjadi simbol ketahanan warisan budaya. Usaha-usaha tersebut membuat Civita bukan sekadar sisa masa lalu, melainkan bukti nyata perjuangan melawan waktu.

Civita di Bagnoregio bukan sekadar kota kuno di atas bukit—ia adalah simbol keteguhan melawan waktu dan alam. Setiap batu yang tergerus angin membawa cerita tentang peradaban yang menolak dilupakan. Dalam keheningan tebingnya, Civita mengajarkan bahwa keindahan sejati justru lahir dari hal-hal yang rapuh dan hampir hilang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team