Tran Thi Ngai (kanan), salah satu korban rudapaksa tentara Korea Selatan dan putranya, Tran Dai Nhat (kiri) yang disebut sebagai Lai Dai Han (instagram.com/ldhjustice)
Dilansir The Korean Herald, tidak ada data pasti tentang jumlah Lai Dai Han. Sebab kebanyakan dari mereka memilih untuk menyembunyikan identitas sebagai Lai Dai Han demi menghindari diskriminasi.
Namun, estimasi jumlah Lai Dai Han dalam buku Bipolar Orders: The Two Koreas Since 1989 yang sekarang tinggal di Vietnam berkisar antara dua ribu hingga yang tertinggi 30 ribu orang. Jumlah populasinya yang cukup banyak ini juga memicu terjadinya masalah sosial yang serius di Vietnam karena banyak dari mereka yang hidup dalam kemiskinan parah.
Lai Dai Han harus hidup dengan stigma buruk karena tidak memiliki ayah dan penampilan visual mereka yang berbeda dari orang Vietnam asli. Mereka juga memiliki sedikit kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang layak. Alhasil, banyak dari mereka yang tidak bisa membaca dan menulis. Tak sampai di situ, Lai Dai Han juga tidak memiliki akses ke pelayanan sosial, seperti perawatan kesehatan.
Ada banyak diskriminasi yang harus diterima oleh para Lai Dai Han. Sayangnya, menurut Bipolar Orders: The Two Koreas Since 1989, saat perang berakhir, tentara dan pemerintah Korea Selatan bahkan tak banyak membantu kehidupan Lai Dai Han.
Bahkan Kiyoshi Hosoya dan Yumiko Yamamoto dalam bukunya Wwii Korean Women Not Sex-Enslaved: A Myth-Bust! menyebutkan, jika orang (tentara) Korea meninggalkan anak-anak mereka yang lahir dari hubungan di luar nikah yang disebut Lai Dai Han.