Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret serigala ethiopia
potret serigala ethiopia (commons.wikimedia.org/Rod Waddington)

Intinya sih...

  • Serigala Ethiopia adalah satu-satunya serigala asli Afrika yang masih bertahan

  • Spesies ini menjadi ahli berburu tikus gunung dengan efisiensi luar biasa

  • Habitatnya terbatas di pegunungan tinggi dan merupakan salah satu karnivora paling langka di dunia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Serigala ethiopia (Canis simensis) adalah salah satu spesies karnivora paling langka di dunia yang hanya bisa ditemukan di dataran tinggi Afrika Timur. Hewan ini sering disebut sebagai “serigala merah Afrika” karena bulunya yang kecokelatan dan posturnya yang ramping. Namun, jangan bayangkan serigala ini seperti sepupunya di belahan dunia lain yang hidup berkelompok besar dan memangsa rusa. Serigala ethiopia justru punya gaya hidup unik yang membedakannya dari serigala lain di muka bumi.

Hidup di ketinggian lebih dari 3.000 meter, serigala ini beradaptasi dengan kerasnya lingkungan pegunungan yang dingin dan minim makanan besar. Menariknya, mereka justru menjadi pemburu tikus paling efisien di habitatnya. Dengan wajah tenang namun pandangan tajam, serigala ethiopia menunjukkan betapa adaptasi dan ketekunan bisa membuat spesies ini bertahan di tempat yang tampaknya mustahil.

1. Satu-satunya serigala asli Afrika yang masih bertahan

potret serigala ethiopia (commons.wikimedia.org/Laika ac from UK)

Di seluruh Benua Afrika, cuma serigala ethiopia yang benar-benar bisa disebut serigala sejati. Hewan ini merupakan satu-satunya anggota genus Canis yang berevolusi dan bertahan di benua tersebut. Penampilannya yang ramping, dengan kaki panjang dan moncong runcing, membuatnya sekilas tampak seperti rubah besar daripada serigala. Namun secara genetik, mereka jauh lebih dekat dengan serigala abu-abu dan anjing daripada rubah.

Adaptasi unik ini menunjukkan bahwa serigala ethiopia adalah hasil dari evolusi panjang yang menyesuaikan diri dengan ekosistem pegunungan. Habitat di dataran tinggi Ethiopia yang dingin dan terbuka memaksa mereka berevolusi menjadi pemburu cepat yang ahli berburu mangsa kecil. Populasinya kini hanya tersisa sekitar 500 ekor di alam liar, membuatnya termasuk dalam kategori spesies terancam punah.

2. Ahli berburu tikus gunung

potret serigala ethiopia (commons.wikimedia.org/Rod Waddington)

Kalau serigala pada umumnya berburu rusa atau kijang, serigala ethiopia justru punya target yang jauh lebih kecil yaitu tikus gunung. Di dataran tinggi Ethiopia, tikus memang melimpah, dan serigala ini sangat bergantung pada mereka sebagai sumber makanan utama. Mereka berburu secara individu, bukan berkelompok, agar bisa lebih fokus mendeteksi gerakan tikus dari jarak jauh.

Serigala ini menggunakan pendengarannya yang sangat tajam untuk menangkap suara tikus yang bersembunyi di bawah tanah. Begitu tahu lokasi mangsa, ia akan melompat dengan cepat dan menancapkan moncongnya ke tanah untuk menangkapnya. Efisiensinya begitu tinggi hingga satu serigala bisa menangkap lebih dari sepuluh tikus dalam sehari. Dalam dunia predator, efisiensi ini tergolong luar biasa.

3. Hidup dalam koloni, tapi berburu sendiri

potret serigala ethiopia (commons.wikimedia.org/Rod Waddington)

Menariknya, meskipun serigala ethiopia dikenal sebagai pemburu soliter, mereka tetap hidup dalam koloni kecil berisi beberapa individu. Koloni ini biasanya terdiri dari satu pasangan dominan dan anak-anaknya. Mereka bekerja sama dalam melindungi wilayah, membesarkan anak, dan menjaga keamanan dari ancaman predator lain. Namun, saat waktu berburu tiba, setiap individu keluar sendiri-sendiri mencari mangsa.

Sistem sosial ini adalah kombinasi unik antara gaya hidup komunal dan mandiri. Koloni memberikan rasa aman, tapi kebebasan berburu sendiri membantu mereka menghemat energi dan menghindari konflik. Struktur sosial ini juga membantu menjaga populasi tetap stabil meski jumlahnya sedikit, karena setiap anggota koloni punya peran penting dalam keberlangsungan kelompok.

4. Habitatnya terbatas di pegunungan tinggi

potret serigala ethiopia (commons.wikimedia.org/[2])

Serigala ethiopia hanya bisa ditemukan di dataran tinggi dengan ketinggian antara 3.000 hingga 4.500 meter di atas permukaan laut. Lokasi seperti ini punya suhu dingin dan vegetasi rendah, dengan padang rumput alpin yang dipenuhi tikus dan hewan pengerat lain. Beberapa wilayah habitat utamanya termasuk Pegunungan Bale dan Simien di Ethiopia.

Namun, habitat yang sempit membuat mereka sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Deforestasi, perubahan iklim, serta ekspansi pertanian membuat wilayah hidup mereka semakin menyusut. Di beberapa tempat, populasi serigala ethiopia bahkan terancam punah karena penyakit yang menular dari anjing domestik, seperti rabies dan distemper.

5. Salah satu karnivora paling langka di dunia

potret serigala ethiopia (commons.wikimedia.org/Laika ac from UK)

Serigala ethiopia kini dianggap sebagai salah satu karnivora paling langka di dunia, bahkan lebih langka daripada panda raksasa. Dengan populasi global yang hanya beberapa ratus ekor, upaya konservasi terhadap spesies ini menjadi prioritas besar di Ethiopia. Pemerintah dan berbagai lembaga konservasi telah melakukan vaksinasi terhadap anjing-anjing di sekitar habitat serigala untuk mencegah penularan penyakit.

Selain itu, beberapa taman nasional di Ethiopia kini menjadi kawasan perlindungan utama bagi spesies ini. Masyarakat lokal pun mulai dilibatkan dalam upaya konservasi agar keberadaan serigala ethiopia tetap terjaga. Dengan perlindungan yang berkelanjutan, ada harapan bahwa serigala pemburu tikus pegunungan ini bisa terus bertahan dan tetap menjadi simbol ketangguhan alam Afrika Timur.

Serigala ethiopia adalah bukti nyata bahwa kekuatan tak selalu datang dari ukuran, tapi dari kemampuan beradaptasi. Hewan mungil ini menunjukkan bahwa strategi dan ketekunan bisa mengalahkan kerasnya alam pegunungan. Meski langka, keberadaannya menjadi pengingat penting tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati di bumi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team