Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kiribati
Kiribati (commons.wikimedia.org/Department of Foreign Affairs and Trade)

Intinya sih...

  • Kiribati adalah negara pertama yang menyambut matahari, dengan perubahan garis tanggal pada 1995.

  • Luas laut Kiribati jauh lebih besar dari daratannya, membuat masyarakatnya sangat bergantung pada laut.

  • Sejarah industri penambangan fosfat di Pulau Banaba meninggalkan dampak lingkungan dan sosial yang dirasakan hingga kini.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kiribati sering disebut sebagai salah satu tempat paling unik di dunia karena posisinya di peta dan caranya menatap waktu. Terbentang sebagai 33 atol dan pulau karang yang tersebar di Samudra Pasifik, negara kecil ini punya cerita besar soal waktu, lautan, dan tantangan iklim yang sulit dilupakan.

Pada ulasan ini, terapat lima fakta tentang Kiribati yang jarang mendapat sorotan. Setiap fakta saling berkaitan dan membentuk gambaran utuh mengenai identitas Kiribati sebagai negara kepulauan yang hidup berdampingan dengan waktu dan alam.

1. Tempat pertama menyambut matahari

ilustrasi matahari terbit (unsplash.com/Sebastien Gabriel)

Kiribati bukan sekadar mendapat julukan sebagai negara pertama menyambut matahari. Pada 1995 pemerintahnya mengatur ulang garis tanggal internasional agar pulau pulau paling timur berada di waktu paling awal di dunia. Berkat kebijakan ini, wilayah seperti Kiritimati dan Caroline Island berpeluang melihat matahari terbit lebih dulu dibanding banyak tempat lain. Melansir dari laman US Naval Observatory, perubahan garis tanggal tersebut memang membuat klaim Kiribati masuk akal secara ilmiah.

Penyesuaian waktu ini berdampak luas. Jadwal kerja, perayaan nasional, hingga strategi pariwisata ikut menyesuaikan. Kiribati kemudian memanfaatkan posisi unik ini sebagai identitas global, sekaligus daya tarik wisata yang jarang dimiliki negara lain.

2. Luas laut yang jauh lebih besar dari daratan

Pulau Kiribati (unsplash.com/Winston Chen)

Jika dilihat dari daratan, Kiribati memang tergolong kecil karena luas wilayah daratannya kurang dari 1.000 kilometer persegi. Namun di balik itu, negara ini menguasai wilayah laut yang sangat luas melalui zona ekonomi eksklusifnya. Kondisi ini membuat Kiribati terlihat kecil di peta darat, tetapi besar di peta maritim.

Perbandingan yang timpang antara daratan dan lautan membuat masyarakat Kiribati sangat bergantung pada laut. Perikanan menjadi sumber utama kehidupan, sehingga perubahan kondisi laut akibat iklim langsung berdampak pada ekonomi dan keseharian penduduknya.

3. Jejak sejarah industri yang meninggalkan luka

ilustrasi fosfat (unsplash.com/XRD Chemical)

Sejarah Kiribati juga menyimpan kisah kelam yang jarang dibahas, salah satunya penambangan fosfat di Pulau Banaba. Pada masa kolonial, eksploitasi besar besaran mengubah bentang alam pulau dan kehidupan warganya. Banyak penduduk Banaba akhirnya harus meninggalkan tanah kelahiran mereka.

Berbagai catatan sejarah menunjukkan bahwa dampaknya terasa hingga kini, baik secara lingkungan maupun sosial. Sebagian besar warga Banaba bahkan direlokasi ke Pulau Rabi di Fiji. Kisah ini menjadi pengingat bahwa keputusan masa lalu sangat memengaruhi kemampuan masyarakat dalam menghadapi tantangan lingkungan saat ini.

4. Ancaman kenaikan permukaan laut dan upaya mencari jalan keluar

Salah satu pulau di Fiji (unsplash.com/Max)

Sebagai negara atol rendah, Kiribati termasuk yang paling rentan terhadap kenaikan permukaan laut. Penelitian ilmiah memperingatkan bahwa perubahan ini bisa mengancam wilayah pemukiman, infrastruktur, hingga keberlanjutan ekonomi. Risiko yang dihadapi bukan hanya hilangnya daratan, tetapi juga biaya adaptasi yang sangat besar.

Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Kiribati mengambil langkah tidak biasa. Mereka membeli lahan di Fiji sebagai bentuk antisipasi jika relokasi menjadi pilihan di masa depan. Langkah ini menunjukkan bagaimana negara kecil dengan keterbatasan ruang mencoba berpikir jauh ke depan demi keselamatan warganya.

5. Identitas waktu dan iklim membentuk citra Kiribati

ilustrasi matahari terbit (unsplash.com/Nick Mahan)

Klaim sebagai negara pertama menyambut matahari kini berdampingan dengan kenyataan pahit soal ancaman iklim. Di satu sisi, Kiribati memanfaatkan posisi geografis dan zona waktu sebagai citra positif di mata dunia. Di sisi lain, negara ini menghadapi tantangan nyata yang mengancam keberadaannya.

Dari sinilah muncul pelajaran penting. Identitas Kiribati terbentuk dari perpaduan letak geografis, pengalaman sejarah, dan perjuangan menghadapi perubahan iklim. Dari menyambut fajar paling awal hingga mencari lahan di negeri lain, semua langkah tersebut saling terhubung sebagai upaya bertahan di dunia yang terus berubah.

Kiribati bukan hanya tentang matahari terbit lebih awal. Perubahan garis tanggal, luas laut yang mendominasi, sejarah penambangan Banaba, hingga ancaman kenaikan permukaan laut membentuk satu cerita utuh. Semua fakta ini saling terkait dan memperlihatkan bagaimana negara kecil ini terus beradaptasi demi masa depan warganya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team