Jika konsep tentang "jatuh cinta" sudah dipecahkan oleh sains, maka bagaimana dengan konsep "pengorbanan"? Sejauh ini, sains tidak dapat menjelaskan secara gamblang apa itu pengorbanan, dan mengapa ada banyak makhluk hidup di dunia ini rela berkorban.
Mulai dari hewan-hewan kecil, hingga makhluk kompleks manusia, pengorbanan akan selalu ada dan terjadi. Beberapa spesies--misalnya ikan salmon--kebanyakan akan mati setelah mereka bertelur. Perjuangan mereka dalam mencari tempat yang aman untuk anak-anaknya, harus dibayar mahal, yakni kematian induk salmon.
Apakah hewan memiliki empati dan perasaan mengasihi yang begitu dalam? Atau itu merupakan bawaan genetika semata? Namun--jika itu empati--bagaimana bisa seekor hewan merasakan empati yang luar biasa sehingga ia harus berkorban demi anak-anaknya?
Sejauh ini sains hanya menjelaskan bahwa itu semua adalah naluri bertahan hidup. Namun, faktanya, naluri bertahan hidup justru tidak akan membuat organisme mengorbankan dirinya. Laman Eurek Alert mencatat bahwa hormon oksitosin diduga kuat sebagai penyebab mengapa organisme dapat berkorban demi anak-anaknya.
Meskipun begitu, nyatanya para ilmuwan dan ahli satwa juga tidak dapat menjawab dengan gamblang bagaimana dugaan tersebut bisa terjadi. Beberapa ilmuwan lainnya justru menyatakan bahwa peran hormon oksitosin sebagai "hormon cinta" sangat sulit dikaitkan dengan pengorbanan. Dengan kata lain, berkorban merupakan suatu hal yang berada di luar nalar manusia, dan itu sulit dijelaskan oleh sains.