ilustrasi bakteri pembentuk kristal salju (unsplash.com/Fabrizio Conti)
Beberapa bakteri, seperti Pseudomonas syringae, memiliki protein khusus yang memicu pembentukan kristal es. Protein ini memungkinkan air membeku pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan tanpa kehadiran bakteri—dilansir dari jurnal Environment International.
Penelitian lain dari jurnal Science, justru menunjukkan bahwa bakteri ini berperan sebagai inti kondensasi es di awan, memengaruhi pembentukan salju dan hujan es. Dengan kata lain, ‘salju Natal’ sangat mungkin bergantung pada aktivitas mikroorganisme.
Bakteri ini ditemukan di daun, tanah, hingga atmosfer. Mereka bepergian melalui angin dan awan, menghubungkan biosfer dan cuaca dalam satu sistem yang kompleks.
Natal yang identik dengan salju ternyata tidak hanya urusan cuaca, tetapi juga hasil kerja makhluk mikroskopis. Di titik ini, sains dan simbol bertemu menjadi sebuah mukjizat, yang sering kali berukuran tak kasatmata.
Natal, jika dibaca ulang melalui sains, bukan sekadar perayaan manusia. Ia adalah peristiwa ekologis, biologis, dan kosmik yang ditopang oleh makhluk-makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaannya.
Dari kumbang hingga bakteri, dari lichen hingga cahaya plankton, Natal mengajarkan satu hal penting, yakni makna terbesar sering kali dijaga oleh yang paling sunyi. Dan mungkin, di sanalah esensi Natal sesungguhnya berdiam.