ilustrasi Ibnu Sina (Youtube.com/NATIONAL GEOGRAPHIC INDONESIA)
Ibnu Sina adalah seorang filsuf dan dokter Muslim yang berpengaruh di abad pertengahan. Beliau lahir di Afshona (Bukhara pada masa Dinasti Samaniyah/Uzbekistan) , 22 Juni 980 M. Sejak kecil, beliau termasuk orang yang memiliki tingkat kecerdasan dan intelektual yang tinggi.
Karena didikan dari ayahnya dan seorang guru bernama Ismail Az-Zahid dalam mengajarkan ilmu akhlak, tasawuf, dan fiqih, beliau berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an pada umur 10 tahun. Kemudian, Ibnu Sina juga mempelajari sambil mempraktikkan ilmu-ilmu baru, seperti logika, matematika, fisika, sastra, dan kedokteran di bawah bimbingan cendekiawan terkemuka. Pada umur 18 tahun, beliau berhasil menyelesaikan studi ilmu kedokteran.
Karena kejeniusannya, Ibnu Sina mendapatkan undangan dari Penguasa Dinasti Samaniyah, Al-Amir Ar-Ridha Nuh II karena penguasanya sakit. Kemudian, beliau diminta mengobati penyakit penguasa tersebut hingga berhasil. Dari keberhasilan penyembuhan penyakit tersebut, beliau mendapatkan berbagai akses dan fasilitas perpustakaan kesultanan.
Selama hidupnya, Ibnu Sina menghabiskan waktunya sebagai praktisi dokter, penulis, peneliti, dan pengajar dengan menggabungkan berbagai macam pemikiran mulai dari Aristoteles, Al-Qur’an, hadits, dan Hindu. Bahkan, penemuan kedokteran dari Ibnu Sina yang masih diterapkan hingga sekarang termasuk penyakit bisa menular dari air dan tanah, farmakologi, pengobatan asma dan TBC melalui pipa udara yang terbuat dari emas dan perak melewati mulut hingga esofagus, bius untuk operasi, deteksi penyakit diabetes melalui urin yang manis, dan eksperimen medis dalam diagnosis dan pengobatan. Oleh karena itu, beliau disebut sebagai Bapak Kedokteran Dunia serta Bukhara disebut sebagai pusat kedokteran pada masa kejayaan Islam.