Napoleon Bonaparte (pixabay.com/Cybex1)
Napoleon Bonaparte tercatat dalam sejarah sebagai penguasa yang dua kali meninggalkan takhtanya karena tekanan militer dan politik. Pengunduran dirinya yang pertama terjadi pada tahun 1814, setelah pasukan sekutu berhasil merebut Paris dan para jenderalnya mendesaknya untuk mundur demi stabilitas negara.
Melansir laman futurelearn, persyaratan yang mencakup turun takhta Napoleon ditetapkan oleh Perjanjian Fontainebleau, yang ditandatangani oleh sekutu pada tanggal 11 April 1814. Sebagai imbalan atas turun takhtanya, Napoleon diberi kedaulatan atas pulau Elba, Italia.
Setelah menghabiskan sekitar sepuluh bulan di Elba, Napoleon kembali ke Prancis pada awal 1815 selama periode yang dikenal sebagai Seratus Hari. Kembalinya Napoleon ditandai dengan kebangkitan kekuasaan yang singkat, tetapi berakhir dengan kekalahannya di Pertempuran Waterloo di tahun yang sama, yang mengarah pada pengunduran dirinya yang kedua.
Kelima tokoh ini membuktikan bahwa keputusan untuk mundur bisa sangat kompleks, bukan hanya soal kelemahan, tapi juga keberanian untuk memilih jalan yang tak biasa. Dan di balik pengunduran diri mereka, tersembunyi pelajaran penting tentang manusia, kekuasaan, dan keputusan besar yang bisa mengubah sejarah.