ilustrasi bakteri penyebab sifilis (chicagotribune.com)
Sifilis merupakan penyakit seksual menular yang biasanya ditandai dengan gejala luka pada alat kelamin. Penyakit akibat bakteri ini juga bisa menyebar ke area dubur, mulut, bahkan sekujur kulit jika tidak diobati dengan benar. Dampak terburuk dari sifilis adalah kerusakan otak, jantung, dan organ-organ penting lainnya.
Nah, ada sebuah eksperimen atau percobaan sains aneh untuk mengobati sifilis pada era 1930-an di wilayah perkampungan Afrika/Amerika di Alabama, Amerika Serikat. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa studi tersebut dimulai pada 1932 dengan nama Studi Tuskegee. Penelitian ini juga bermaksud untuk menyelidiki infeksi sifilis pada pria kulit hitam (Afrika) yang dinilai berbeda dengan sifilis pada umumnya.
Studi dan penelitian tersebut melibatkan 600 pria kulit hitam. Adapun, sebanyak 399 orang terindikasi sifilis. Sayangnya, semua orang yang dijadikan sampel tidak pernah diberitahu bahwa mereka terindikasi sifilis. Mereka hanya mendapat informasi bahwa studi tersebut berkaitan dengan program rutin untuk cek darah.
Eksperimen medis tersebut berujung pada kematian banyak pasien akibat sifilis dan komplikasinya. Penyelidikan menemukan fakta bahwa penelitian yang dilakukan ternyata tidak pernah betul-betul mengobati pasien sifilis dengan obat-obatan medis. Mereka justru diberikan pengobatan plasebo (obat kosong) yang tak berdampak apa-apa. Dengan kata lain, pihak ilmuwan sengaja melakukan studi berkenaan dengan metode baru dalam pengobatan sifilis dan berakhir dengan banyak kematian pasien.
Itulah beberapa eksperimen atau percobaan sains yang pernah dilakukan dan hasilnya gagal total. Semoga artikel kali ini dapat menambah ilmu pengetahuan buat kamu, ya!