Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Satwa Endemik di Gunung Muria
macan tutul jawa, salah satu hewan endemik di Gunung Muria (commons.wikimedia.org/Adam Šťastnýýi)

Intinya sih...

  • Gunung Muria adalah rumah bagi satwa endemik seperti macan tutul jawa, lutung jawa, cecak batu muria, elang jawa, dan kobra jawa.

  • Macan tutul jawa merupakan predator puncak di Gunung Muria yang terancam punah dan sering berkonflik dengan manusia.

  • Lutung jawa, cecak batu muria, elang jawa, dan kobra jawa juga merupakan satwa endemik yang populasinya terancam dan memerlukan perlindungan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gunung Muria merupakan gunung api bertipe stratovolcano dengan ketinggian 1606 mdpl. Memang tidak terlalu tinggi, namun gunung yang berlokasi di Kabupaten Jepara, Kudus, dan Pati tersebut merupakan salah satu gunung paling terkenal di daeah utara Pulau Jawa. Gunung Muria sering didaki, dikunjungi oleh para peziarah, bahkan menjadi salah satu destinasi wisata yang ternama.

Gak cuma itu, Gunung Muria juga masih asri dan memiliki kekayaan fauna yang berlimpah. Dalam hal ini, Gunung Muria menjadi rumah bagi banyak satwa endemik. Contohnya, ada macan tutul jawa yang menjadi predator puncak di Gunung Muria. Kemudian, elang jawa juga menguasai langit dan pepohonan Gunung Muria. Nah, mari kita bahas beberapa satwa endemik di Gunung Muria dengan mendalam.

1. Macan tutul jawa

Macan tutul jawa (commons.wikimedia.org/EkoKintokoKusumo)

Dilansir Animalia, Panthera pardus melas atau macan tutul jawa merupakan satwa endemik yang hanya bisa ditemukan di Pulau Jawa. Ia merupakan apex predator di Pulau Jawa dan menjadi hewan yang penting bagi keseimbangan ekosistem. Tercatat, saat ini hanya tersisa 188 - 571 individu di alam liar. Karenanya, ia menyandang gelar sebagai hewan yang terancam punah dan dilindungi.

Di Gunung Muria, macan tutul jawa kerap terlihat di hutan, semak-semak, area lembap, dan pepohonan. Ia bisa memanjat pohon, tebing, bahkan bisa berenang. Terkadang, macan tutul jawa masuk ke area pemukiman dan memangsa ternak seperti ayam, kambing, dan sapi. Karenanya, masyarakat sering membunuh dan berkonflik dengan hewan ini karena ia dianggap sebagai hewan yang berbahaya.

2. Lutung jawa

lutung jawa (commons.wikimedia.org/The Lenk13)

Trachypithecus auratus atau lutung jawa merupakan salah satu spesies primata yang menghuni Gunung Muria. Dilansir Ecologyasia, hewan ini punya ekor panjang, panjangnya lebih dari 1 meter, dan bobot maksimalnya sekitar 7 kilogram. Saat ini, populasi lutung jawa sangat terancam oleh kerusakan habitat, perburuan liar, dan konflik dengan manusia. Maka dari itu, eksistensinya harus dijaga.

Di Gunung Muria, lutung jawa kerap terlihat bergelantungan di hutan, kebun, dan pepohonan. Secara khusus, populasinya cukup melimpah di Kabupaten Kudus, khususnya di Desa Kejajar, Kecamatan Dawe. Hewan ini tidak berbahaya dan sering memakan buah-buahan serta sayuran. Lutung jawa sangat takut dengan manusia, namun jika makanan menipis ia bisa masuk ke kebun dan area pemukiman.

3. Cecak batu muria

cecak batu muria (mapress.com/Riyanto, et all.)

Hewan dengan nama ilmiah Cnemaspis muria ini merupakan spesies yang baru ditemukan pada tahun 2019. Lebih lanjut, artikel di jurnal Zootaxa menjelaskan kalau cecak berwarna cokelat ini bisa ditemukan di lereng selatan Gunung Muria. Sebagai spesies cecak batu, cecak batu muria tidak memiliki kaki yang lengket. Sebaliknya, ia bisa memanjat dengan memanfaatkan cakarnya yang tajam. Di alam liar, cecak batu muria sering terlihat di pepohonan dan bebatuan. Di tempat-tempat tersebut, ia kerap berkelana dan mencari makanan yang berupa serangga berukuran kecil.

4. Elang jawa

elang jawa (commons.wikimedia.org/EKO PRASTYO)

Data dari IUCN Red List menjelaskan kalau Nisaetus bartelsi atau elang jawa merupakan hewan yang terancam punah. Pertama, ia masuk ke kategori endangered atau terancam. Kemudian, hanya tersisa 300 - 500 individu di alam liar. Terakhir, populasinya terus menurun akibat kerusakan habitat, perburuan liar, dan deforestasi. Oleh sebab itu, ia termasuk salah satu spesies burung yang dilindungi oleh pemerintah.

Elang jawa merupakan elang berukuran sedang dengan panjang 60 centimeter. Tubuhnya berwarna cokelat dan ia memiliki jambul yang menjadi ciri khasnya. Habitat elang jawa terbatas pada hutan lebat, kebun, dan pepohonan yang tinggi. Walau begitu, terkadang ia juga turun dari lereng gunung dan terbang di atas pemukiman. Ia juga merupakan sahabat petani karena membantu membasmi tikus.

5. Kobra jawa

kobra jawa (inaturalist.org/Adam Ardian Rahman)

Mungkin, Naja sputatrix atau kobra jawa merupakan salah satu satwa endemik yang paling sering terlihat di kawasan Gunung Muria. Gak cuma di hutan atau lereng gunung, populasi ular ini di area pemukiman juga cukup melimpah. Terkadang, ia berkeliaran di kebun dan sawah. Gak cuma itu, bahkan ular berbisa tinggi ini juga kerap masuk ke rumah.

Dilansir iNaturalist, ular dengan panjang maksimal 1,8 meter ini merupakan hewan nokturnal. Jadi, ia sangat aktif di malam hari dan hewan ini sering memangsa kodok, katak, tikus, dan telur hewan lain. Saat merasa terancam, kobra jawa bisa mengangkat kepala, mendesis, melebarkan tudung, dan menyemburkan bisa. Maka dari itu, kamu harus hati-hati dengannya.

Eksistensi satwa endemik membuktikan kalau Gunung Muria sangat ideal sebagai habitat hewan liar. Sayangnya, banyak hewan endemik yang populasinya terancam dan sering berkonflik dengan manusia. Untuk mencegah hal tersebut, maka kamu harus menjaga ekosistem di hutan Gunung Muria. Jangan ganggu kehidupan hewan, lestarikan alam, dan jangan rusak habitat hewan endemik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team