potret wilayah Nagorno-Karabakh(sputniknews.com)
Pada saat pandemi COVID-19, dunia sempat dihebohkan dengan ketegangan yang ada di sekitar wilayah Eropa Timur dan Asia Barat, yaitu antara Azerbaijan dengan Armenia. Kedua negara tersebut terlibat dalam sengketa wilayah Nagorno-Karabakh. Sebenarnya, wilayah Nagorno-Karabakh memang sudah menjadi wilayah sengketa sejak Perang Dunia I.
Setelah beberapa dekade situasi mendingin, ketegangan tidak dapat dihindari akibat rencana Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, untuk membangun Shusha yang merupakan kota yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi sebagai ibu kota Republik Artsakh yang merupakan bekas wilayah otonom Nagorno-Karabakh.
Azerbaijan merespon pernyataan tersebut dengan mengerahkan ribuan pasukannya ke wilayah perbatasan pada Juli 2020. Sebagai informasi, Nagorno-Karabakh termasuk wilayah Azerbaijan secara administatif walaupun sebagian besar penduduknya beretnis Armenia.
Singkat cerita, Azerbaijan berhasil merebut kembali 9 daerah dan 286 desa dari perjanjian antara kedua negara yang dimediatori oleh Vladimir Putin yang merupakan Presiden Rusia. Perjanjian tersebut dinilai merupakan langkah yang tepat untuk meminimalisir korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di wilayah tersebut.