Disebut sebagai jalur sutra bukan berarti hanya sutra yang menjadi komoditas utama perdagangan, tetapi mencakup beragam komoditas.
Melansir laman History, selain sutra, bubuk mesiu dan kertas merupakan barang yang paling banyak diperdagangkan masyarakat Timur dan Barat melalui jalur sutra. Kertas dari China kemudian sampai ke Samarkand dan akhirnya dikenal oleh orang Eropa.
Dampak tersebarnya kertas ini begitu signifikan bahkan ke seluruh penjuru dunia. Di Eropa misalnya, mereka akhirnya dapat mencetak surat kabar di kertas-kertas, sehingga informasi dapat lebih mudah diakses. Sedangkan bubuk mesiu asal China yang sampai ke Barat membuat wilayah tersebut menganut sistem merkantilisme. Banyak perang ataupun industri yang memanfatkan bubuk mesiu.
Komoditas yang tak kalah pentingnya adalah rempah-rempah. Orang-orang Eropa membutuhkan rempah-rempah itu yang hanya bisa di dapat dari Timur. Mereka memperdagangkannya melalui jalur sutra entah itu dari China, Srilanka, maupun Indonesia.
Begitu pula dengan kuda. Statusnya bukan hanya binatang ternak tetapi juga transportasi bagi pengembara. Kala itu kaum elit China sangat tertarik dengan kuda dari Arab, sehingga terjadilah jual beli antar mereka yang dilakukan melalui jalur sutra.
Tak heran jika kuda merupakan komoditas perdagangan di jalur sutra yang bernilai tinggi. Bahkan sering disebut sebagai barang mewah bagi kaum elit kawasan Eurasia. Pada dasarnya masih banyak komoditas yang diperdagangkan melalui jalur sutra seperti buah-buahan, biji-bijian, sayuran, batu giok, hasil karya seni, dan kulit binatang.