Pada 6 Januari 1066, Harold Godwinson menjadi Raja Harold II setelah kematian saudara iparnya, Edward sang Pengaku. Menjelang akhir musim panas, ia dihadapkan dengan dua serangan yang sedang menuju Inggris. Yang pertama datang dari saudara lelakinya yang berkhianat, Tostig, dan Raja Harald III dari Norwegia.
Ketika sedang merayakan pesta kemenangan dari serangan pertama, Harold menerima kabar kalau serangan kedua dari 7.000 orang Norman yang dipimpin William the Bastard sudah mendarat di Pevensey. Harold pun mengumpulkan pasukannya lalu berbaris ke London. Pada malam 13 Oktober pasukannya dikerahkan di sepanjang bukit dekat Hastings.
Ketika pertempuran sedang berlangsung, infanteri Saxon malah mengikuti kavaleri William yang berpura-pura mundur dan akhirnya dibantai oleh pasukan Norman. Di saat pasukan Saxon sedang dihancurkan, Harold dan pengawalnya (huscarl) tetap bertarung di punggung bukit.
Melihat hal itu, William pun segera melakukan serangan terakhir. Melansir dari Ancient History Encyclopedia, kali ini ia menyuruh pemanahnya untuk melepaskan panah ke udara supaya jatuh tepat di atas kepala Harold dan pengawalnya. Taktik itu berhasil, walau Harold dan para housecarl-nya tetap terus bertarung sampai panah menembus matanya.
Ketika Harold akan mencabutnya, empat ksatria Norman (salah satunya mungkin William) menyerang. Satu menusukkan tombak ke dada Harold dan yang kedua hampir memenggalnya dengan pedang. Ketika Harold terjatuh, dua orang Norman lainnya memberikan pukulan tambahan.
Dengan jatuhnya Harold, pasukan Saxon yang panik mundur ke hutan kecuali para huscarl yang terus bertempur sampai akhir hayat mereka.