Perawat asal Inggris, Florence Nightingale, dikenal karena telah merintis teknik sanitasi dan administrasi rumah sakit di tengah Perang Krimea. Namun, dia bukan satu-satunya tokoh medis terkenal dalam konflik tersebut.
Pada saat itu, tentara Sekutu juga menerima bantuan dari Mary Seacole, seorang wanita kelahiran Jamaika yang membagi waktunya antara menjual persediaan, makanan dan obat-obatan sembari merawat mereka yang terluka di garis depan.
Surat kabar Inggris kemudian menjulukinya "The Creole with the Tea Mug" karena telah merawat pasukan yang lelah berperang. Sedangkan di pihak Rusia, seorang wanita bernama Daria Mikhailova, yang disebut "Dasha dari Sevastopol," dikenal karena telah membalut luka para tentara menggunakan persediaan yang dibeli dengan uangnya sendiri.
Selain Mikhailova, dokter Nikolai Pirogov juga membantu memperkenalkan operasi lapangan dan penggunaan anestesi di tengah Perang Krimea.
Terlepas dari upaya perawat dan dokter seperti Nightingale dan Pirogov, penyakit menular tetap membunuh lebih banyak tentara di Perang Krimea daripada perang itu sendiri. Inggris misalnya, di mana 16.000 tentaranya harus mati karena penyakit dibandingkan 5.000 tentara yang mati karena pertempuran.
Meskipun menang, Kesultanan Ottoman harus tetap membayar "utang" kepada Prancis dan Inggris. Nantinya, hal ini memaksa Ottoman untuk bergabung dengan pihak Sentral di Perang Dunia I. Bersama Jerman dan Austria-Hungaria, Ottoman akan melawan Inggris dan Prancis dengan harapan semua utangnya akan "lunas" jika berhasil memenangkan perang tersebut.