Selain kelezatan makanan, hal lain yang dikembangkan dan menjadi budaya di Sumatera Barat atau ranah Minangkabau adalah sastra. Di permukaan kita mengenal Buya Hamka dengan karya-karya sastranya, Abdul Muis, Chairil Anwar dan banyak tokoh berdarah Minangkabau lainnya yang terkenal dengan karya sastranya.
Rupanya, jauh sebelum tokoh-tokoh tersebut dikenal dengan karyanya, karya sastra di Sumatera Barat telah lebih dahulu berkembang dan menjadi budaya tersendiri. Hal ini dibuktikan dengan temuan sejumlah naskah kuno Islami di surau-surau (sebutan untuk masjid di ranah Minangkabau) yang tersebar di berbagai wilayah Sumatera Barat.
Temuan ini merupakan hasil penelitian seorang dosen sekaligus peneliti budaya Minangkabau, Pramono. Meskipun sama sekali tak punya garis keturunan Minangkabau, dan asli berdarah Jawa, kesukaan serta semangatnya meneliti berhasil menemukan peninggalan sejarah budaya yang hampir terlupakan ini.
Tentu saja tak banyak yang mengetahui keberadaan dan keklasikan naskah ini, karena penelitiannya memang masih minim. Padahal, tentu saja naskah-naskah ini merupakan suatu kekayaan budaya nusantara. Dan berikut adalah beberapa fakta tentang naskah kuno tersebut, yang dihimpun dari hasil penelitian Pramono.