ilustrasi mencuci tangan (unsplash.com/CDC)
Di masa lalu, mencuci tangan dianggap hal yang aneh oleh nenek moyang kita. Dokter pun tidak memiliki standar kebersihan, termasuk mencuci tangan dengan baik dan benar.
Mengutip laporan NPR, pada tahun 1846 seorang dokter bernama Ignaz Semmelweis memperhatikan bahwa bangsal bersalin yang dikelola oleh dokter dan mahasiswa kedokteran memiliki angka kematian lima kali lebih tinggi daripada bangsal bersalin di rumah sakit yang dikelola oleh bidan.
Lalu, terpikir olehnya bahwa dokter-dokter di bangsal bersalin yqng ditangani dokter melakukan autopsi di pagi hari dan membantu persalinan di sore harinya, sedangkan bidan hanya membantu persalinan saja. Semmelweis berteori bahwa sangat mungkin jika "partikel kadaver" berpindah dari tangan dokter ke ibu yang sedang melahirkan. Dia pun meminta para dokter untuk mencuci tangan, di sinilah angka kematian turun drastis.
Akan tetapi, para dokter marah karena secara tidak langsung mereka dituduh membuat pasien mereka meninggal, karena tidak terima, para dokter tidak mau mencuci tangan lagi, dan angka kematian pun kembali meningkat. Sementara Semmelweis akhirnya dipecat.
Sayangnya, Semmelweis berakhir di rumah sakit jiwa, di sana ia diperlakukan tidak manusiawi dan kemudian meninggal, ironisnya, penyebab kematiannya adalah sepsis. Namun, para dokter di seluruh dunia akhirnya mengakui bahwa teori dia benar.