La Marseillaise ditulis oleh seorang perwira dan musisi Prancis, Claude-Joseph Rouget de Lisle, pada malam 24 April 1792 selama Revolusi Prancis. Saat itu, walikota Strasbourg (kebetulan Strasbourg dijadikan markas oleh Rouget de Lisle saat itu) meminta seseorang untuk menulis lagu untuk tentaranya.
Rouget de Lisle menerima permintaan itu dan menulis Chant de guerre de l'armee du Rhin ("Song War of the Army of the Rhine").
Namun lagu itu lebih dikenal dengan nama La Marseillaise, yang kemudian menjadi nama resminya karena sering dinyanyikan oleh tentara dari Marseille. Dilansir dari Britannica, Prancis mulai mengadopsi lagu tersebut sebagai lagu kebangsaannya pada 14 Juli 1795.
Ketika Napoleon Bonaparte berkuasa, ia sempat melarang lagu ini karena liriknya yang revolusioner. Begitu juga dengan Raja Louis XVIII dan Napoleon III. La Marseillaise akhirnya boleh dinyanyikan kembali pada tahun 1879.
Seperti yang ditulis oleh Rouget de Lisle, lagu aslinya memiliki enam bait, tetapi dua bait lagi ditambahkan setelahnya. Namun hanya bait pertama dan keenam — yang berisi deskripsi perang — yang biasa dinyanyikan.
Lagu ini berisi seruan kepada warga Prancis untuk mengangkat senjata melawan tiran-tiran "biadab" yang ingin memotong tenggorokan mereka, kemudian memerintahkan mereka untuk membunuh para tiran sampai darah kotor mereka menyirami ladang di seluruh Prancis.
Uniknya, La Marseillaise juga turut mempengaruhi budaya Indonesia, sehingga ada kemiripan nada dengan lagu "Dari Sabang Sampai Merauke." Lalu, ada juga lagu All You Need Is Love dari The Beatles yang sama-sama mengadopsi nada pembukanya.