7 Peristiwa Penting yang Terjadi di Balik Perang Saudara Rusia

Banyak yang mengira jika Perang Saudara Rusia — yang terjadi setelah Revolusi Oktober — hanyalah konflik antara dua kelompok besar: Partai Bolshevik dengan Tentara Merahnya melawan Kelompok Nasionalis Rusia yang anti-komunis dengan Tentara Putihnya.
Pada kenyataannya, terdapat banyak faksi dari berbagai jenis kelompok, termasuk kekuatan Internasional yang ikut serta di dalamnya. Dari tahun 1917 sampai 1922, Rusia menjadi medan pertempuran bagi berbagai kepentingan dan perebutan kekuasaan.
Berikut 7 peristiwa penting yang terjadi di balik Perang Saudara Rusia.
1. Operasi Faustschlag
Ketika Partai Bolshevik mengambil alih Rusia pada tahun 1917, Vladimir Lenin segera mengumumkan bahwa Rusia akan menarik diri dari Perang Dunia I dan mengadakan pembicaraan dengan Jerman untuk mengatur gencatan senjata di Front Timur.
Leon Trotsky, yang menjadi delegasi Soviet, mencoba mengulur waktu karena percaya bahwa revolusi di Jerman sudah dekat. Sebaliknya, Jerman menuntut Soviet untuk membayar ganti rugi dan konsesi tanah.
Oleh karena itu, Trotsky menerapkan kebijakan "tidak ada perang, tidak ada perdamaian." Dua hari sebelum gencatan senjata berakhir, ia mengatakan kepada para delegasi Jerman bahwa Soviet menganggap perang telah berakhir.
Namun keputusan tersebut tidak cukup bagi Jerman yang menginginkan perjanjian di atas kertas, karena mereka ingin segera memfokuskan pasukannya ke Front Barat. Mereka merespons dengan Operasi Faustschlag (yang berarti "fist punch" ) yang dimulai pada 18 Februari 1918.
Jerman menghadapi sedikit perlawanan dari masyarakat Rusia, sehingga dapat merebut kota Pskov dan Narva, lalu bergerak menuju Smolensk. Pada saat yang sama, pasukan Turki di Kaukasus telah mencapai Baku. Dengan Jerman di jarak 160 kilometer dari kota Petrograd, Soviet terpaksa memindahkan ibukota mereka ke Moskow.
Meskipun sebagian besar petinggi Soviet ingin melanjutkan pertempuran, sebagian besar tentara telah dihancurkan atau dibubarkan oleh faksi Bolshevik, sehingga mau tidak mau Soviet harus berdamai dengan Jerman.
Perjanjian Brest-Litovsk pun ditandatangani, mengakhiri Operasi Faustschlag, walau operasi militer Jerman lainnya sempat berlanjut di wilayah Kaukasus dan Krimea.