Tentu saja tindakan paling signifikan dari Reich Ketiga adalah pembunuhan massal orang-orang "yang tidak diinginkan" dalam Solusi Akhir. Tetapi ada sebuah masalah di dalamnya, mengukur dari siapa sebenarnya "orang Yahudi" dalam Hukum Nuremberg tahun 1935 yang menentukan kebijakan rasial Nazi.
Akhirnya diputuskan bahwa agama pribadi atau agama dari orang tua tidak sepenting agama dari kakek-nenek kita. Jadi, bahkan pendeta Katolik dan Protestan dapat terdaftar sebagai orang Yahudi jika mereka memiliki setidaknya kakek atau nenek yang masih berdarah Yahudi.
Hal itu mungkin tidak masuk akal, tetapi seperti yang dikatakan Hitler, jika orang Yahudi tidak ada maka mereka perlu diciptakan.
Bahkan pada saat itu, para orang-orang terdekatnya mulai menyadari bahwa pandangan-pandangan miliknya mulai tidak masuk akal, membuktikan bahwa para pendiri konsep "Master Race" nyatanya tidak seratus persen memercayai pandangan tersebut.
Sejarah ada agar kita dapat mempelajari peristiwa di masa lampau agar tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, baik keberhasilan dan kegagalan Reich Ketiga mungkin dapat memberikan pelajaran yang berharga bagi kita di kemudian hari.