Menurut beberapa sejarawan, wilayah yang terlalu luas adalah salah satu alasan mengapa Kekaisaran Romawi runtuh. Karena dengan wilayah yang sangat luas, perjalanan ke suatu kota akan membutuhkan waktu selama berminggu-minggu. Selain itu, perbatasan yang sangat luas juga membutuhkan kehadiran banyak tentara untuk menjaganya tetap aman.
Namun yang lebih penting adalah kesulitan untuk mengontrol wilayah seluas ini dari kota Roma. Tantangan ini pun memaksa Kaisar Diocletian untuk membagi kekaisaran Romawi menjadi dua, yaitu Kekaisaran Romawi Barat yang berpusat di Roma dan Kekaisaran Romawi Timur dengan Byzantium sebagai ibukotanya.
Tidak sedikit sejarawwan yang menjadikan luas wilayah Kekaisaran Romawi sebagai pusat studi mereka. Hal ini telah merangsang banyak diskusi akademis tentang batas-batas teritorial yang turut mempengaruhi faktor politik (geopolitik). Bahkan sampai saat ini, para sejarawan dan sosiolog terus mengeksplorasi topik ini.
Dalam beberapa sumber, kita diberi tahu kalau Kekaisaran Romawi (atau lebih tepatnya Kekaisaran Romawi Barat) runtuh pada tanggal 4 September 476 M. Pada saat itu, kaisar terakhir dari Kekaisaran Romawi Barat, Romulus Augustulus, digulingkan oleh Odoacer, seorang suku Jermanik yang bertugas sebagai jenderal di pasukan Romawi.
Setelah menggulingkan kaisar Romawi, Odoacer dimahkotai sebagai raja Italia. Pada titik ini, ibukota Romawi Barat dipindahkan dari Roma ke Ravenna. Romawi Barat tidak berbentuk sebagai sebuah kekaisaran lagi. Tradisi kekaisaran Romawi tetap hidup di Kekaisaran Romawi Timur sampai mereka ditaklukkan oleh pasukan Ottoman pada tahun 1453.