Augustus lahir pada tahun 63 SM sebagai putra dari Gayus Octavius. Di awal masa remajanya, ia dikirim ke Apollonia, sebuah kota di Albania modern. Dia baru berusia 18 tahun ketika Julius Caesar terbunuh.
Augustus mengabaikan nasihat untuk mencari perlindungan di Makedonia, dan malah kembali ke Italia. Ia kemudian mengetahui bahwa Caesar memberi dua pertiga dari tanah miliknya dan, karena tidak memiliki anak sah yang masih hidup, ia menamainya sebagai putra dan pewarisnya.
Bersiap untuk mengikuti jejak ayah angkatnya, ia mulai mengumpulkan dukungan dari orang-orang yang setia kepada Julius Caesar dan menekankan statusnya sebagai pewaris yang sah.
Pada 6 Mei, 44 SM, Augustus yang berusia 18 tahun memimpin lebih dari 3.000 tentara veteran ke Roma. Hanya sedikit yang berani melawannya, karena sebagain besar masyarakat Roma bersimpati pada perjuangannya.
Dia berhasil mengusir pembunuh Caesar — yang sedang dalam perlindungan konsul saat itu, Mark Antony — keluar dari kota. Setelahnya, Augustus mendengarkan pendapat Senat tentang pengkhianatan Antony, dan mulai membangun pasukan militernya.
Setelah Antony melarikan diri dari Roma, Augustus dilantik ke dalam Senat pada usia 19 tahun dan diberikan imperium. Augustus pergi bersama dua konsul lain untuk mengalahkan Mark Antony.
Mereka berhasil mengalahkannya dalam pertempuran Forum Gallorum dan Mutina, memaksa Antony untuk mundur, meskipun kedua konsul itu terbunuh dalam pertempuran.
Kemenangan ini membuat Augustus, yang berusia 19 tahun, memegang kendali atas apa yang tersisa dari delapan legiun Romawi. Namun, ia dipanggil kembali ke Roma, dan pasukannya yang tersisa diberikan kepada komandan lain.
Dia akan berhasil menjadi pemimpin militer di kemudian hari, dan akhirnya menjadi kaisar pertama dari Kekaisaran Romawi. Dia meninggal pada 14 M di usia 75 tahun.