Memang, dark joke memiliki manfaat dan kerugian tersendiri bagi yang mengeluarkannya dan yang mendengarkannya. Oleh karena itu, hal terpenting berikutnya adalah mengetahui batas di mana dark joke dapat berubah menjadi sesuatu yang tidak lucu lagi.
Dilansir oleh situs Nautilus, dark joke kerap memaksa pendengar untuk memakai perspektif yang baru untuk memahaminya. Kartunis asal AS, Bob Mankoff memakai perumpamaan sistem imun manusia. Layaknya menerima imunisasi, pendengar dark joke akan lebih "kebal" padanya di masa depan.
Pakar ilmu perilaku di University of Colorado, Peter McGraw, mengatakan bahwa jarak psikologi seperti waktu dapat menentukan apakah pendengar dapat menerimanya. Tidak mungkin kita membuat lelucon untuk tragedi yang baru terjadi dan berharap seseorang akan menganggapnya lucu.
"Ketika waktu yang cukup berlalu untuk melunakkan ancaman satu bencana, tetapi tidak begitu banyak sehingga kehilangan arti sepenuhnya, dark joke menjadi lebih lucu," papar McGraw.
Pada penelitiannya yang berjudul "Too Close for Comfort, or too Far to Care?
Finding Humor in Distant Tragedies and Close Mishaps", McGraw berpendapat bahwa semakin parah satu bencana, semakin lebar jarak psikologis yang diperlukan agar dark joke terkesan lucu dan tetap relevan.
McGraw memberi contoh berikut,
"Saat kakimu terbentur meja, akan lebih lucu jika diceritakan keesokan harinya, bukan lima tahun kemudian. Beda halnya, saat ada tabrakan mobil, akan jadi lucu jika diceritakan beberapa bulan atau tahun setelahnya," papar salah satu responden penelitian.
Kenapa? Beda intensitas. Jika kaki terbentur diceritakan lima tahun kemudian, sudah basi dan tidak lucu; berbeda dengan kejadian tabrakan mobil yang sekarang terlihat mengenaskan, namun bisa terdengar lucu jika diceritakan beberapa bulan atau tahun setelahnya.
Bisa lihat perbedaannya?
Lihat video di atas? Itu adalah salah satu contoh dark joke mengenai COVID-19.
Sebelum COVID-19 masuk Indonesia pada Maret, kita kerap berkelakar mengenai bencana yang belum menimpa kita. Saat sudah menimpa? Lain lagi ceritanya. Ingat saat Indonesia bercanda mengenai "COVID-19 yang tidak mampu menembus Indonesia"?
Sekarang, lelucon seperti itu malah membuat pendengar kesal, bukan? Itulah contoh yang paling relevan.
Bukan tidak mungkin, beberapa bulan setelah COVID-19 berakhir, orang-orang akan kembali membuat dark joke mengenai betapa mematikannya pandemik tersebut. Ya, siapkan hatimu untuk mencernanya dengan kepala dingin dan jangan ter-triggered!
Itulah beberapa penjelasan ilmiah di balik mengapa beberapa kalangan menyukai dark joke dan apa saja kerugian dan manfaatnya. Dark joke bukanlah tanda bahwa manusia kehilangan kemanusiaannya. Terkadang, di balik dark joke terdapat pesan yang justru menguatkan sesama agar tetap dapat kuat dalam menghadapi musibah.
Tetapi, camkan baik-baik! Dark joke bukanlah sesuatu yang dapat kamu buat sewaktu-waktu. Kamu sarankan lihat kondisi lingkungan dan lawan bicara sebelum melontarkannya, agar tidak terjadi perpecahan yang tidak perlu.