Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Kalau membahas tentang Kerajaan Inggris, kita pasti akan langsung teringat dengan Ratu Elizabeth II. Resmi menyandang gelar Ratu Inggris sejak tahun 1953, Ratu Elizabeth II memang menjadi salah satu penguasa Inggris terlama. Namun, keberadaan Ratu Elizabeth II sebagai penguasa perempuan sebenarnya tidaklah terlalu istimewa.
Karena jauh sebelum itu, Inggris juga pernah dipimpin oleh beberapa ratu. Termasuk Ratu Mary I yang merupakan ratu pertama Kerajaan Inggris. Namun berbanding terbalik dengan Ratu Elizabeth II, Ratu Mary I dikenal sebagai ratu yang kejam. Saking kejamnya, dia bahkan mendapatkan julukan sebagai "Bloody Mary". Dilansir dari history.com, berikut 8 fakta Seputar Bloody Mary, Ratu Inggris Pertama yang Bengis!
1. Mary I adalah satu-satunya anak raja yang bertahan hidup
Lahir pada 18 Februari 1516 di Istana Placentia di London, Mary Tudor atau yang lebih dikenal dengan nama Mary I adalah putri pertama pasangan Raja Henry VIII dengan istri pertamanya, Catherine dari Aragon. Sebenarnya setelah melahirkan Mary, Catherine melahirkan lima bayi perempuan lainnya.
Sayangnya, tidak ada satu pun saudara Mary yang bertahan hingga dewasa. Dengan kondisi tersebut, sang putri menjadi satu-satunya pewaris Kerajaan Inggris yang dapat menggantikan ayahnya.
2. Dia dibuang jauh dari istana dan ditendang dari daftar pewaris tahta
Mary I sebenarnya sangat layak naik tahta. Bukan cuma karena dia anak pertama dan satu-satunya, tapi juga karena sang putri mahkota merupakan anak yang cerdas. Sayangnya, ayahnya menginginkan anak laki-laki untuk menjadi penggantinya. Setelah gagal melahirkan anak laki-laki, Raja Henry VIII menceraikan Catherine. Sebagai gantinya, dia menikahi Anne Boleyn pada 1520.
Tidak hanya meninggalkan ibunya, Henry VIII juga membuang Mary Tudor ke Welsh, dan mencoretnya dari daftar pewaris tahta.
Baca Juga: 7 Hal yang Dikorbankan Prince Philip Demi Nikahi Ratu Inggris
3. Pada akhirnya, dia kembali menjadi pewaris kedua
kingsqueensandallthat.com Kabar baiknya, pernikahan Henry VIII dan Anne juga tidak berjalan lama. Setelah melahirkan Elizabeth I, Henry yang tidak mencintai Anne lagi, memberikan tuduhan palsu dan memenggal kepala Anne Boleyn pada 1536. Dia kemudian membuang Elizabeth I dan menghapusnya dari tahta. Henry kemudian menikah lagi sebanyak empat kali, dan mendapatkan putra yang diberi nama Edward dari pernikahan ketiganya.
Pada tahun 1544, Henry VIII mengembalikan Mary Tudor dan Elizabeth I ke istana. Dan meski tidak menjadi yang pertama, Henry VIII juga mengembalikan posisi keduanya sebagai pewaris tahta. Sementara Mary Tudor menjadi pewaris kedua setelah Edward, Elizabeth I harus puas berada di posisi ketiga.
4. Sayangnya, Mary kembali dicopot dari tahta karena keyakinannya
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Berbeda dengan Edward dan Elizabeth I yang menganut protestan, Mary Tudor adalah seorang penganut katolik yang taat. Saat Edward naik tahta tahun 1547, ia menyebarkan paham protestan kepada seluruh rakyatnya, termasuk pada Mary. Namun alih-alih tunduk, Mary memutuskan untuk memegang teguh keyakinan lamanya sebagai seorang katolik.
Pada tahun 1553, Raja Edward menderita sakit parah. Menjelang kematiannya, sang raja memutuskan untuk menghapus Mary dari daftar pewaris karena keyakinannya sebagai katolik. Sebagai gantinya, Edward menjadikan sepupu jauhnya yang beragama protestan, bernama Lady Jane Grey sebagai penerus tahta yang sah.
5. Mary kemudian melakukan kudeta dan menjadi Ratu Inggris pertama
englishhistoryauthors.blogspot.com Sesuai amanat Edward, Jane Grey naik tahta pada 10 Juli 1553. Tidak ingin posisinya diambil, Jane Grey meminta ayah mertuanya, Northumberland untuk menangkap Mary. Mary yang tidak terima dengan naiknya Jane Grey memutuskan kabur ke East Anglia, dan mengumpulkan pasukan.
Dalam waktu sembilan hari, Mary berhasil mengalahkan Northumberland, menggulingkan Jane Grey dari kekuasaannya, dan memproklamirkan dirinya sebagai Ratu Inggris. Berbeda dengan kebanyakan putri lain yang menjadi ratu karena menikahi seorang raja, Mary memerintah dengan hak-nya sendiri yang membuatnya jadi Ratu Inggris pertama sepanjang sejarah.
6. Mendapat julukan sebagai "Bloody Mary"
Dibawah kepemimpinannya, Mary mengembalikan katolik sebagai agama resmi Inggris, menghapus banyak hukum agama yang dibuat oleh ayah dan saudara tirinya, dan memulihkan doktrin gereja katolik. Bagi penganut katolik, keberadaan Mary sebagai ratu tentu sangat melegakan.
Tapi bagi penganut protestan, Mary jelas adalah mimpi buruk. Tiga tahun setelahnya, Mary membakar sekitar 300 orang protestan yang menolak merubah keyakinannya menjadi katolik. Untuk kejahatannya itu, sang ratu dijuluki "Bloody Mary" oleh rakyatnya sendiri.
7. Bukan hanya kejam pada rakyat, Mary juga bersikap kejam pada saudaranya
Mary I menikah dengan Pangeran Philip dari Spanyol yang juga beragama katolik pada Juli 1554, dengan harapan dia akan mendapatkan seorang ahli waris yang dapat mencegah jatuhnya tahta ke tangan Elizabeth I. Sayangnya, tidak semua orang bahagia dengan pernikahan tersebut. Tidak lama setelah pernikahan itu, Mary I harus menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh Sir Thomas Wyatt.
Lagi-lagi, Mary berhasil menggagalkan pemberontakan itu. Dia kemudian mengeksekusi Thomas Wyatt dan 90 pemberontak lainnya, termasuk ayah Lady Jane Grey. Untuk membalas pengkhianatan itu, Mary kemudian memenggal Jane Grey yang tidak bersalah, dan menjebloskan Elizabeth I ke penjara atas tuduhan pengkhianatan.
Baca Juga: Ratu Inggris dan Keluarga Rayakan Natal Secara Terpisah