TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mau Melupakan Kenangan Menyakitkan? Para Ahli Temukan Cara Ilmiahnya!

Versi riil dari Eternal Sunshine of the Spotless Mind, nih?

ilustrasi sedih (pexels.com/Alexandr Podvalny)

Semua orang punya kenangan di masa lalu yang ingin dilupakan, seperti pengalaman patah hati yang menyakitkan, trauma atas kecelakaan tertentu, kehilangan orang terbaik, dan lain-lain. Sayangnya, semakin kenangan tersebut coba untuk dihapus, justru kenangan tersebut akan semakin kuat menghantui. Bahkan tak jarang pula kenangan tersebut memicu beberapa kondisi tertentu seperti kecemasan, fobia, atau gangguan stres.

Berita baiknya, ilmuwan menemukan bahwa ternyata memori dalam otak tidaklah bersifat permanen seperti yang selama ini dikira. Mereka justru menemukan cara untuk menghapus, mengubah, dan bahkan menanam memori pada otak manusia, termasuk soal sakit hati atau patah hati

1. Memori tidak disimpan di dalam 'rak khusus'

freepik.com/freepik

Dahulu ilmuwan mengira bahwa memori disimpan dalam satu titik khusus (bayangkan seperti sebuah lemari arsip). Namun rupanya, setiap memori justru berada di setiap sambungan di otak.

Sebuah memori akan terbentuk saat protein menstimulasi sel-sel orak untuk tumbuh dan membentuk sambungan baru (atau dalam bahasa yang lebih sederhana: untuk membentuk kembali sirkuit pikiran). Setelah selesai, memori pun akan tersimpan dalam pikiran. Bagi kebanyakan orang, memori itu pun akan tetap tinggal di sana selama sesekali individu yang bersangkutan berusaha untuk kembali menengok kenangan tersebut.

2. Memori jangka panjang tidaklah stabil

Pexels.com/Pixabay

Hal yang banyak tidak orang sadari adalah bahwa ingatan jangka panjang tidaklah stabil. Faktanya, saat kamu berusaha untuk kembali mengunjungi sebuah memori, maka memori tersebut menjadi lebih lunak, terlihat lebih jelas dan di-reset lebih kuat.

Proses ini disebut dengan rekonsolidasi sekaligus menjelaskan mengapa pikiranmu terkadang dapat berubah sedikit seiring bertambahnya waktu. Seperti contoh, dalam sebuah pengalaman masa lalu kamu pernah terjatuh dari sepeda.

Setiap kali kamu mengingat memori dan merasakan emosi tertentu karenanya, artinya kamu memperkuat koneksi antara memori dan emosi. Namun boleh jadi, beberapa tahun kemudian saat kembali mengingatnya, kamu tak lagi merasa takut, tetapi justru tertawa karenanya.

Baca Juga: Move On dari Sudut Pandang Ilmiah, Ini 7 Fakta Momen Berat Tersebut

3. Menekan kemunculan memori traumatis dan emosi negatif yang muncul

ilustrasi sedih (pexels.com/@olly)

Kepada The Telegraph, Rizhard Gray menjelaskan bahwa penelitian memperlihatkan bagaimana memori dapat dimanipulasi. Seolah-olah terbuat dari kaca, saat proses penciptaannya, memori bersifat 'cair' sebelum akhirnya berubah 'padat'. Saat seseorang mencoba mengenang ingatan itu kembali, maka memori tersebut pun akan kembali 'cair' lagi sehingga dapat berubah dari sebagaimana mestinya sebelum kembali di-reset.

Banyak pula studi yang menunjukkan bahwa memblokir bahan norepinephrine dapat menekan memori yang traumatis. Tak hanya itu, emosi negatif yang biasanya ikut muncul dari ingatan tersebut juga dapat ditemukan. Adapun norepinephrine adalah zat kimia yang terlibat dalam pemberian respons fight or flight serta bertanggung jawab untuk memicu gejala seperti detak jantung yang berdebar lebih cepat dan munculnya keringat pada telapak tangan.

4. Berhasil mengatasi fobia

pexels.com/VisionPic.net

Seperti contoh, peneliti dari Netherlands mendemokan bagaimana mereka dapat mengenyahkan rasa takut terhadap laba-laba pada penderita arachonophobes (fobia terhadap laba-laba). Adapun bahan yang mereka gunakan adalah propanolol untuk memblokir norepinephrine.

Untuk membedakan hasilnya, orang-orang dengan fobia ini dibagi menjadi tiga kelompok. Dua kelompok diperlihatkan tarantula di dalam sebuah botol untuk memicu ketakutan, kemudian mereka diberi propanolol atau placebo. Satu kelompok sisanya hanya diberi propanolol tanpa diperlihatkan laba-laba untuk melihat apakah obat tersebut bekerja dengan maksimal untuk mengurangi rasa takut tanpa harus diberi pemicu di awal.

Beberapa bulan kemudian, hasilnya baru diuji. Kelompok yang hanya mendapatkan placebo dan propanolol, tanpa diperlihatkan laba-laba, tidak menunjukkan perubahan pada rasa takutnya (mereka tetap merasa takut saat diperlihatkan laba-laba). Sementara itu, mereka yang sebelumnya dipertunjukkan laba-laba dan kemudian diberi propanolol bahkan berani menyentuh laba-laba hanya dalam hitungan hari! Yang lebih mengesankan, tiga bulan kemudian mereka merasa nyaman memegang laba-laba dan rasa takut tersebut tidak lagi kembali bahkan setelah setahun berlalu.

5. Tidak hilang, tetapi reaksi yang berbeda

Ilustasi orang sedih sedang menatap ponsel (pexels.com/cottonbro)

Obat yang sama juga kembali diujikan di tahun 2007 pada korban trauma di masa lalu. Beberapa partisipan diberi placebo dan beberapa lainnya diberi propanolol selama sepuluh hari. Setelah itu, mereka diminta untuk mendeskripsikan kenangan terhadap peristiwa traumatis tersebut yang dialami.

Nyatanya, mereka yang diberi propanolol tidak melupakan kejadian tersebut. Namun seminggu kemudian, mereka dapat kembali menceritakan peristiwa yang sama dengan tingkat stres yang lebih rendah dari sebelumnya. 

6. Melakukan implan memori palsu

Foto hanya ilustrasi. Pexels/Hichem Deghmoum

Sejauh ini peneliti belum mencoba secara eksplisit menghapus memori secara keseluruhan pada manusia karena implikasi etis. Walau begitu, bukti menunjukkan bahwa ada kemungkinan hal tersebut dapat terjadi dengan memberi kombinasi yang tepat antara obat dan latihan mengingat.

Yang menarik sekaligus cukup mengkhawatirkan dalam beberapa hal, penelitian menunjukkan pula betapa mudahnya untuk melakukan implan memori palsu pada seseorang. Psikolog Julia Shaw menunjukkan hal ini. Dengan memanipulasi proses rekonsolidasi, Julia Shaw dalam eksperimennya bahkan dapat menunjukkan bahwa sangat mungkin membuat seseorang mengingat kesalahan yang tidak pernah dilakukannya dan bahkan mengingat dengan jelas kesalahan fiktif tersebut.

Baca Juga: Apakah Kucingmu Benar-benar Mencintaimu? Ini Cara Ilmiah Mengetahuinya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya